Selasa, 25 Januari 2011

Terima Kasih, Suamiku…

Setelah sekian lama kita bersama, terikat dalam ikatan suci pernikahan, banyak yang telah kau untukku dan keluarga kita. Dan kini ijinkanlah aku mengucapkan terimakasihku, suamiku…

Terimakasih telah menjadi imam yang baik yang sangat mengerti dan memahami para” makmumnya”. Dengan cara yang indah kau “menahkodai” rumah tangga kita. Dengan sangat tenang kau menjadi guru bagi kami tanpa memaksa dan menggurui.

Terimakasih atas kesabaran yang kau berikan disaat aku sangat cerewet dalam segala hal, dari mulai urusan penting sampai urusan yang sangat sepele. kelakuanku yang terkadang seperti anak kecil,manja,terlalu sensitif yang hanya kau balas dengan senyum. Bahkan kalimat inipun masih sempat kau ucapkan, ” aku berharap bisa seperti Umar bin khatab yang menasehatkan kepada seseorang yang berkeluh kesah atas istrinya, beliau berpesan “wahai saudaraku, aku bersabar terhadap istriku, karena itu haknya. dialah yg menyiapkan makanan untukku, mencuci dan membersihkan pakaianku, yang menyusui anak-anakku. padahal, semua itu bukanlah kewajibannya. apalagi aku merasa damai bersama dirinya, karena dialah yang menyelamatkan aku dari perbuatan yang haram. aku bersabar karena semua hal tersebut”. Subhanallah…

Terimakasih atas kesetiaanmu dalam menemaniku, istrimu, makhluk wanita yang memang biasanya kurang akal, emosional dan bandel ini. Pernah terpikir olehku, kalaupun bisa, mungkin kau dapat memilih wanita yang lebih segalanya dari pada aku. Namun kau putuskan menghabiskan sisa hidupmu bersamaku dan menjaga dan mengayomiku.

Terimakasih atas kerja keras yang tiada mengenal lelah untuk memenuhi nafkah keluarga kita. Kau habiskan waktu dari mulai fajar sampai matahari tenggelam untuk memastikan bahwa kebutuhan kita tercukupi.

Terimakasih atas pengayoman yang kau persembahkan dengan penuh ketelatenan dan ketulusan. Tiada protes apalagi kemarahan ataupun keluhan sebagai umpan balik dari semua itu, walau aku tahu kadang memang aku membuatmu marah dan pantas untuk dimarahi.

Terimakasih atas perlindungan yang kau wujudkan bagiku dan anak anak kita. Perlindungan hati dengan selalu menjaga perasaanku agar tidak tersinggung, dan Perlindungan raga dengan mengusahakan tempat berteduh bagi kami semua.

Terimakasih atas kemakluman yang selalu kau berikan tanpa henti dalam menghadapi apapun kekuranganku.

Terimakasih atas apapun pemberian darimu yang kau berikan dengan penuh ikhlas dan sama sekali tidak pernah kau mencoba mengungkitnya.

Terima kasih atas keluasan hatimu, dan tetap memilih bersamaku dalam suka dan duka.

Terimakasih atas semua pengorbanan, waktu, tenaga, dan pikiran yang benar benar kau curahkan untukku dan keluarga kita

Terimakasih atas doa yang setiap malam kau panjatkan untuk kebaikanku dan masa depan kita

Terimakasih atas keteladanan yang kau tunjukkan dengan penuh kedewasaan bagiku dan terutama anak anak kita.

Terimakasih atas dukungan yang kau berikan saat aku terpuruk dan mencoba bangkit kembali

Terimakasih atas pengertian yang tiada pernah henti kau berikan dalam menghadapi istrimu, makhluk wanita yang memang agak rumit untuk dimengerti

Suamiku..
Betapa aku berterimakasih kepada Allah yang telah mencurahkan rahmat dan rejekinya kepadaku dengan memberikan pemberian yang istimewa sepertimu. Mungkin kata terimakasih memanglah tidak cukup untuk menggambarkan dan membalas semua yang telah kau berikan dengan ikhlas untukku dan keluarga kita, namun walaupun hanya ini, mohon terimalah ungkapan terimakasihku…

Terima kasih suamiku….

(syahidah)

Wanita dimata Pria



Kami sulit menahan pandangan mata ketika
melihat kalian, apalagi jika kalian
diamanahkan ALLAH kecantikan dan postur
yang ideal, kami semakin susah untuk
menolak agar tidak melihat kalian,
karena itu lebarkanlah pakaian kalian,
dan tutupilah rambut hingga ke dada
kalian dengan kerudung yang membentang.

Kami juga sulit menahan pendengaran kami
ketika berbicara dengan kalian, apalagi
jika kalian diamanahkan oleh ALLAH suara
yang merdu dengan irama yang mendayu,
karena itu tegaskanlah suara kalian, dan
berbicaralah seperlunya.

Kami juga sulit menahan
bayangan- bayangan hati kalian, ketika
kalian dapat menjadi tempat mencurahkan
isi hati kami, waktu luang kami akan
sering terisi oleh bayangan-bayangan
kalian, karena itu janganlah kalian
membiarkan kami menjadi curahan hati
bagi kalian.

Kami tahu kami paling lemah bila harus
berhadapan dengan kalian, Kekerasan hati
kami dengan mudah bisa luluh hanya
dengan senyum kalian, Hati kami akan
bergetar ketika mendengar kalian
menangis, Sungguh ALLAH telah memberikan
amanah terindah kepada kalian, maka
jagalah jangan sampai ALLAH murka dan
memberikan keputusan.

Maha Besar ALLAH yang tahu akan
kelemahan hati kami, hanya dengan ikatan
yang suci dan yang diridhoi-Nya kalian
akan halal bagi kami.

“Lalu apa yang telah aku lakukan selama
ini…
Ya Rabb…tolong ampuni aku…untuk
setiap pandangan yang tak terjaga,
lisan yang merayu dan hati yang tak
terhijab…
Ya Rabb…Engkau mengawasi kami tiap
detik, karena kasih sayangMu kepada kami
engkau perintahkan malaikat silih
berganti menemani kami siang dan malam…”

dikutip dari:

http://suryaningsih.wordpress.com/2007/10/24/pengakuan-laki-laki-yang-wajib-dibaca-wanita/

Menikah Muda

Oleh : Abu Ibrahim ‘Abdullah Bn Mudakir Al Jakarty

Menikah diusia muda siapa takut, kataku dengan bangga. Walaupun tidak sedikit orang yang beranggapan ngapain masih mudah menikah, masih umur 17 tahun mau menikah, bahkan tidak jarang memandang “aneh” dan penuh tanda tanya kepada orang yang mau menikah di usia muda.

Innalilahi wainna ilahi rajiuun, wah gawat pola pikir masyarakat kita telah berubah, justru seharusnya kita yang merasa aneh dan bertanya ngapain menunda menikah karena alasan studi walaupun dengan resiko terjatuh kedalam maksiat, atau mendekati umur 30 tahun belum menikah tanpa alasan syar’i walaupun dengan konsekuensi terlumuri dosa …???!!! ..naudzubillah..ngeri banget..

Aku merasa bangga dan seakan-akan aku ingin mengatakan kepada dunia “….Aku Ingin Menikah di usia Muda….” Supaya dunia tahu tidak ada yang salah atau aneh menikah diusia muda bahkan hal itulah yang bagus dan patut dibanggakan, daripada selesai kuliah dengan meraih gelar sarjana ditambah gelar MBA (married by accident) atau lebih memilih tetap dalam keadaan jomblo dengan konsekuensi berlumuran maksiat… ngga dehh.

Suatu hal yang wajar dan merupakan fitrah manusiawi ketika aku menyukai lawan jenis dan mempunyai syahwat atau kebutuhan biologis yang harus kutunaikan dengan cara yang benar dan halal yaitu dengan menikah kenapa mesti diherankan. Allah Subhaanahu Wata’ala berfirman:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ

“ Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini yaitu wanita …” (Qs. Ali Imran : 14 )

Maka sesuatu yang sangat wajar ketika aku ingin menyalurkan kebutuhan biologisku dengan memilih jalan yang aman lagi halal, bahkan hal itu ciri seorang laki-laki yang memiliki agama (baca -berpegang teguh) dan punya tanggung jawab, daripada menempuh jalan haram dengan berzina atau berseks ria dengan pacar atau jalan yang tidak halal lainnya, disamping rasa khawatirku terjatuh kedalam maksiat sebagaimana banyak orang yang terjatuh akibat menunda menikah menjadi alasan terbesar ku untuk menikah.

Rasullullah Shallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda : ” Wahai para pemuda barangsiapa diantara kalian yang mampu menikah maka menikahlah dikarenakan dengan menikah dapat lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan dan barangsiapa tidak mampu menikah maka baginya untuk berpuasa hal itu sebagai tameng baginya.“ ( HR. Bukahri dari Ibnu Mas’ud Radiyallahu ‘Anhu )

Berkata Al Allamah Asy Syaikh Muhammad Bin Shaleh Al-Utsaimin Rahimahullah : ” Diantara keutamaan menikah adalah dengan menikah dapat menjaga kemaluan dirinya dan istrinya dan menjaga pandangannya dan pandangan istrinya, kemudian setelah keutamaan itu lalu dalam rangka memenuhi kebutuhan syahwatnya” (Syarhul Mumti’ Syaikh Muhammad Bin Shaleh Al-Utsaimin Jilid 12 hal : 10 )

Berkata Al Allamah Asy Syaikh Shaleh Al Fauzan Hafidzahullah : “ Wahai manusia bertaqwalah kalian kepada Allah dan ketahuilah bahwa menikah terkandung didalamya kebaikkan yang sangat banyak, diantaranya kesucian suami istri dan terjaganya mereka dari terjatuh kedalam perbuatan maksiat, Rasullullah Shallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda : ” Wahai para pemuda barangsiapa diantara kalian yang mampu menikah maka menikahlah dikarenakan dengan menikah dapat lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan .“ Al Hadist ( Khutbatul Mimbariyah Fil Munaasibaatil ‘Asriyah, Syaikh Shaleh Al Fauzan : 242 )

Udah deh… cepetan menikah yuk, bukankah kita sama – sama tahu realita tersebarnya kemaksiatan perzinaan, pornografi, onani, sampai pada kemaksiatan banyaknya para wanita yang memamerkan auratnya dinegeri ini siapa yang merasa aman dari terjatuh kedalam maksiat yang dahsyat ini, sedangkan Allah Ta’ala berfirman:
وَالَّذِينَ لا يَدْعُونَ مَعَ اللهِ إِلَهًا آخَرَ وَلا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا

” Dan orang-orang yang tidak menyembah sesembahan yang lain berserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya)…….. “ ( Qs. Al Furqan 67 – 68 )

Berkata Syaikh Sa’di Rahimahullah : ” Dan nash firman Allah Ta’ala tentang ketiga dosa ini merupakan dosa besar yang paling besar, perbuatan syirik didalamnya terdapat merusak agama, membunuh didalamnya terdapat merusak badan dan zina didalamnya terdapat merusak kehormatan” ( Silahkan lihat Taisirul Karimur Rahman )

dan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “Hati-hatilah kalian terhadap (fitnah) dunia dan berhati-hatilah kalian terhadap (fitnah) wanita“ (HR. Muslim dari Abu Said Al Khudry Radiyalahu ‘Anhu).

Apalagi disamping itu ada juga tujuan lain kenapa aku ingin segera menikah yaitu dalam rangka melaksanakan ketaatan kepada Allah dan menggapai ketenangan dalam hidup. Allah Subhaanu Wata’ala berfirman:
فَانكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ

“ Maka nikahilah wanita-wanita yang lain yang kamu senangi “ ( Qs. An Nisa’ : 3 )

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (Qs. Ar-Ruum : 21).

Berkata Asy Syaikh Al Allamah Abdurrahman As Sa’di Rahimahullah : Pada ayat “لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَة ) ً merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan saying )” apa-apa yang telah tetap manfaatnya seseorang menikah, merupakan sebab yang membawa kepada cinta dan kasih sayang, didapatkan dengan mempunyai istri dapat bersenang-senang dengan istri dan merasakan kenikmatan hubungan suami istri, dan mendapat manfaat mempunyai anak dan mendidik mereka serta merasa tenang dengannya” ( Taisiirul Karimur Rahman pada ayat ini )

Selain itu juga aku ingin segera membina rumah tangga yang sakinah mawadah warahmah dan mempunyai keturunan yang shaleh yang akan bermanfaat untuk kedua orang tuanya menjadi tujuan tersendiri bagiku, simak deh hadist – hadist berikut ini sebagai pelajaran untuk kita.

Dalam sebuah hadist Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “ Menikahlah karena sungguh aku akan membanggakan banyaknya jumlah kalian kepada ummat – ummat lainnya pada hari kiamat dan janganlah kalian menyerupai para pendeta nasrani (yang tidak menikah –penj) “ (HR. Al Baihaqi dari Abu Ummah Radiyallahu ‘Anhu dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)

Adapun tentang hadist keutamaan anak shaleh, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “Jika mati seorang manusia, maka putuslah amalnya kecuali 3 perkara :

1. Shadaqah Jariyah
2. Ilmu yang bermanfaat
3. Anak sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya”.

(HR. Muslim)

Ini dia diantara alasan aku ingin menikah diusia muda walaupun aku tahu banyak tantangan yang harus kuhadapi, namanya juga mau melaksanakan ketaatan dengan menikah untuk menjaga diri dari maksiat, jelas syaithan ngga bakalan ridha’, mulai deh syaithan ngasih was-was (keraguan) untuk segera menikah, mulai dibisikkin “ …ntar loe kasih makan apa tuh bini loe… “, ditambah lagi .”..wah rugi brurr masih muda mau nikah… mumpung masih muda buat senang-senang aja lagi, apalagi banyak cewek yang naksir sama loe tuh “ hembusan syetan lagi, belum lagi kita harus berusaha memahamkan dengan baik orang-orang yang tidak sependapat dengan kita, baik itu keluarga kita misalnya atau yang lainnya. Tapi kalau untuk menunda segera menikah tanpa alasan syar’i kaga’ deh, terlalu beresiko. Coba deh kita tengok berapa banyak kita dengar kasus perzinaan yang dilakukan oleh sebagian anak muda atau MBA (married by accident –baca menikah karena zina) banyak kan…, atau kemaksiatan lainnya karena menunda nikah. Wah…ngga deh kalau harus menjomblo diusia muda tanpa alasan syar’i, apalagi orang yang tahu kalau dirinya tidak bisa selamat dari perbuatan maksiat onani atau zina dan yang lainnya kecuali dengan menikah, wajib tuh hukumnya untuk menikah. Makanya rahasia disebutkan dalam sebuah hadist anjuran untuk menikah kepada anak muda, karena emang pada usia muda puncak-puncaknya syahwat. Coba deh perhatikan hadist ini:

Rasullullah Shallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda : ” Wahai para pemuda barangsiapa diantara kalian yang mampu menikah maka menikahlah dikarenakan dengan menikah dapat lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan dan barangsiapa tidak mampu menikah maka baginya untuk berpuasa hal itu sebagai tameng baginya “ ( HR. Bukahri dari Ibnu Mas’ud Radiyallahu ‘Anhu )

Berkata Al Allamah Asy Syaikh Shaleh Al Fauzan Hafidzahullah : ” Didalam hadist ini terdapat anjuran dari Nabi Shallahu ‘Alaihi Wassalam untuk para pemuda, khususnya para pemuda kaum muslimin, dikarenakan syahwat para pemuda lebih kuat dan kebutuhan untuk menikah disisi mereka lebih banyak, karena inilah dianjurkan bagi mereka untuk menikah “ ( Tashiilul Ilmaam Bifiqhil Ahaadist Min Bulugil Maram, Jilid 4 Kitab Nikah, hal 304 )

Oh iya…, untuk membuat kita tambah semangat untuk segera menikah ane bawaain hadist deh untuk menjadi penyemangat buat ane sendiri dan kita semua untuk segera menikah. Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda. : “ Ada tiga golongan manusia yang berhak mendapat pertolongan Allah :

1. Mujahid yang berjihad dijalan Allah
2. Budak yang menebus dirinya supaya merdeka
3. Dan orang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya “. (HR. Imam Tirmidzi dari Abu Hurairah Radiyallahu ‘Anhu, dan Imam Tirmidzi berkata hadist ini hasan )

Dan sebuah ayat yang menunjukkan keluasan karunia Allah. Allah Ta’ala berfirman
وَأَنكِحُوا الأَيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“ Dan kawinilah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (untuk kawin) dari hamba sahayamu laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui “ (Qs. An Nisa’ : 32 )

Berkata Asy Syaikh Al Allamah Abdurrahman As Sa’di Rahimahullah : “ ( Pada ayat إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia Nya ) Tidak menghalangi mereka apa yang mereka khwatirkan dari bahwasannya jika mereka menikah akan menjadi miskin dengan disebabkan banyaknya tanggunan dan yang semisalnya. Didalam ayat ini terdapat anjuran untuk menikah dan janji Allah bagi orang yang menikah dengan diberikan kekayaan setelah sebelumnya miskin “ (Taisiirul Karimur Rahman pada ayat ini )

Minggu, 09 Januari 2011

LDR (Long Distance Relationship )



Bila keputusan menikah telah diambil, pastilah semua pasangan mendambakan hidup besama. Karena memang begitu idealnya seorang suami istri. Aksn tetapi harapan itu tidak selalu terpenuhi.Misalnya salah satu melanjutkan pendidikan atau tugas pekerjaan di tempat yang berbeda. Perpisahan dalam waktu yang lama kadang menimbulkan masalah.

1. Komunikasikan tak semudah dulu, apalagi harus mengeluarkan biaya yang kadang tak sedikit.

2. kecemasan, apakah pasangan bisa survive di tempatnya.

3. Kekhawatiran akan cinta dan kesetiaan.



Cinta kadang pudar karena tidak lagi dipupuk oleh kebersamaan. Bisa dikatakan Berpisah adalah ujian cinta dan kesetiaan. Bagaimana menyiasatinya?

Ada baiknya memang salah satu mengalah utuk mengikuti kemampuan pasangan tinggal. Tetapi jika harus berpisah, Pasangan harus membuat criteria ideal yang lebih fleksibel, kata psikolog Tika Bisono.

Sedangkan pernikahan dibangun di atas tig pilar yang sama kuat, yaitu kepercayaan, cinta , dan harapan.

* dimaksud kepercayaan adalah memberikan kepercayaan kepada pasangan dan meyakinkan bahwa si dia tetap mencintai kita sekalipun berjauhan, tak akan berpaling dan sebagainya.
* Uh Harapan adalah keinginan kuat hidup bahagia bersamanya.

Hal tersebut saling memberikan pengaruh satu sama lain. Selama pasangan saling mencintai, maka akan lahir kepercayaan dan harapan, karena kita memiliki harapan maka kepercayaan dan cinta akan dapat diperlukan.

Harapan adalah hal yang paling rentan dalam rumag tangga. Bila sudah tidak ada harapan maka cinta dan kepercayaan sulit untuk ditumbuhkan. Akan tetapi cinta dan kepercayaan masih dapat dibangun jika ada harapan.

Dasar untuk memegang komitmen pernikahan adalah kepercayaan, menurut Ratih Ibrahim yang merupakan pakar tetap dalam program televisi CINTA-Psikoproblem di O Chanel TV.

Kepercayaan meski kasat mata akan lebih berarti dalam memiliki kekuatan dibandingkan komitmen. Karena kepercayaan merupakan tanggung jawab personal pada setiap pribadi.

Satu hal yang penting jika berpisah, kemandirian, karena komunikasi yang terbatas membuat kita sering bertanya-tanya, apakah pasangan kita baik-baik saja.

Berpisah adalah saatnya untuk belajar lebih mandiri, bahkan meski pun bersama, sebaiknya istri maupun suami berusaha untuk tidak terlalu banyak bergantung pada pasangan.

Menurut Tika Bisono, ujian kesetiaan, tidak kita perlukan lagi. Ketika kita sudah memberikan kepercayaan. Karena ujian yang dilakukan terhadap pasangan justru akan menjadikan terror bagi dia, yang akhirya justru merasa tidak nyaman.. Bahkan akhirnya meninggalkan kita.

Kesetiaan yang diperlukan tidak hanya kesetiaan fisik belaka, melainkan kesetiaan visi. Banyak pasangan yang secara kasat mata selalu berdampingan tetapi tidak satu visi dalam menjalankan rumah tangga. Sebaliknya banyak juga pasangan yang berjauhan tetapi memiliki visi yang sama. Jika kedua pasangan memiliki kesetiaan visi yang sama kuat, tidak perlu ditanyakan lagi kelanggengan hubungan mereka.



CEMAS SI DIA SELINGKUH?



Cinta bisa saja tumbuh karena kedekatan, kebiasaan serta rasa nyaman yang lebih sering diterima dari orang lain, bukan dari pasangan.

Apa yang harus dilakukan?

1. Tetap memiliki kepercayaan, cinta, dan harapan. Adanya kepercayaan, cinta, dan harapkan akan membuahkan komitmen yang kuat pada pasangan. Bahkan saat kita terjebak dalam perselingkuhan, komitmen yang kuat dapat menjadi senjata untuk segera menyelesaikan penyimpangan hubungan tersebut.
2. Peka dan tidak menumpuk masalah kecil. Masalah-masalah kecil sering kali menjadi riak yang menyebabkan ketidaknyamanan ketika kita bersama pasangan. Oleh karena itu kepekaan sangat diperlukan dalam merasakan masalah yang kecil, sebelum masalah tersebut makin menumpuk dan akhirnya meledak.
3. Tegas berkomunikasi. Agar masalah kecil tidak menjadi besar, dibutuhkan sikap terbuka dan tegas untuk mengomunikasikan keinginan dan tujuan dari hati ke hati, tidak hanya basa-basi seperti sebelumnya.pasangan. Tegas berkomunikasi juga sangat bagus diterapkan ketika berjauhan. Letak seninya adalah tegas dan terbuka namun tetap romantis.
4. Kualitas bukan Kuantitas. Romantisme pasangan tidak terlepas dari komunikasi yang lancar. Disarankan , lakukan komunikasi Perlu di ingat, kuantitas itu penting. Tapi kualitas jauh lebih penting.

Dari: Sumber Nyata Januari 2008