Senin, 22 November 2010

15 Langkah Efektif Untuk Menghafal Qur’an



Sesuatu yang paling berhak dihafal adalah Al Qur’an, karena Al Qur’an adalah Firman Allah, pedoman hidup umat Islam, sumber dari segala sumber hukum, dan bacaan yang paling sering dulang-ulang oleh manusia. Oleh Karenanya, seorang penuntut ilmu hendaknya meletakan hafalan Al Qur’an sebagai prioritas utamanya. Berkata Imam Nawawi : “ Hal Pertama ( yang harus diperhatikan oleh seorang penuntut ilmu ) adalah menghafal Al Quran, karena dia adalah ilmu yang terpenting, bahkan para ulama salaf tidak akan mengajarkan hadits dan fiqh kecuali bagi siapa yang telah hafal Al Quran. Kalau sudah hafal Al Quran jangan sekali- kali menyibukan diri dengan hadits dan fikih atau materi lainnya, karena akan menyebabkan hilangnya sebagian atau bahkan seluruh hafalan Al Quran. “()
( ) Imam Nawawi, Al Majmu’,( Beirut, Dar Al Fikri, 1996 ) Cet. Pertama, Juz : I, hal : 66
Di bawah ini beberapa langkah efektif untuk menghafal Al Qur’an yang disebutkan para ulama, diantaranya adalah sebagai berikut :

Langkah Pertama : Pertama kali seseorang yang ingin menghafal Al Qur’am hendaknya mengikhlaskan niatnya hanya karena Allah saja. Dengan niat ikhlas, maka Allah akan membantu anda dan menjauhkan anda dari rasa malas dan bosan. Suatu pekerjaan yang diniatkan ikhlas, biasanya akan terus dan tidak berhenti. Berbeda kalau niatnya hanya untuk mengejar materi ujian atau hanya ingin ikut perlombaan, atau karena yang lain.

Langkah Kedua : Hendaknya setelah itu, ia melakukan Sholat Hajat dengan memohon kepada Allah agar dimudahkan di dalam menghafal Al Qur’an. Waktu sholat hajat ini tidak ditentukan dan doa’anyapun diserahkan kepada masing-masing pribadi. Hal ini sebagaimana yang diriwayat Hudzaifah ra, yang berkata :
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا حزبه أمر صلى
“ Bahwasanya Rosulullah saw jika ditimpa suatu masalah beliau langsung mengerjakan sholat. “()

Adapun riwayat yang menyebutkan doa tertentu dalam sholat hajat adalah riwayat lemah, bahkan riwayat yang mungkar dan tidak bisa dijadikan sandaran. ()

Begitu juga hadist yang diriwayatkan Ibnu Abbas ra yang menjelaskan bahwa Rosulullah saw mengajarkan Ali bin Abu Thalib sholat khusus untuk meghafal Al Qur’an yang terdiri dari empat rekaat , rekaat pertama membaca Al Fatihah dan surat Yasin, rekaat kedua membaca surat Al Fatihah dan Ad Dukhan, rekaat ketiga membaca surat Al Fatihah dan Sajdah, dan rekaat keempat membaca surat Al Fatihah dan Al Mulk, itu adalah hadist maudhu’ dan tidak boleh diamalkan. Sebagian ulama lain mengatakan bahwa hadist tersebut adalah hadits dhoif . ()

Langkah Ketiga : Memperbanyak do’a untuk menghafal Al Qur’an. ()
Do’a ini memang tidak terdapat dalam hadits, akan tetapi seorang muslim bisa berdo’a menurut kemampuan dan bahasanya masing-masing. Mungkin anda bisa berdo’a seperti ini :
اللهم وفقني لحفظ القرآن الكريم ورزقني تلاوته أناء الليل وأطراف النهار على الوجه الذي يرضيك عنا يا أرحم الراحمين .
“ Ya Allah berikanlah kepada saya taufik untuk bisa menghafal Al Qur’an, dan berilah saya kekuatan untuk terus membacanya siang dan malam sesuai dengan ridhal dan tuntunan-Mu , wahai Yang Maha Pengasih “.

Langkah Keempat : Menentukan salah satu metode untuk menghafal Al Qur’an. Sebenarnya banyak sekali metode yang bisa digunakan untuk menghafal Al Qur’an, Masing-masing orang akan mengambil metode yang sesuai dengan dirinya. Akan tetapi di sini hanya akan disebutkan dua metode yang sering dipakai oleh sebagian kalangan, dan terbukti sangat efektif :

Metode Pertama : Menghafal per satu halaman ( menggunakan Mushaf Madinah ). Kita membaca satu lembar yang mau kita hafal sebanyak tiga atau lima kali secara benar, setelah itu kita baru mulai menghafalnya. Setelah hafal satu lembar, baru kita pindah kepada lembaran berikutnya dengan cara yang sama. Dan jangan sampai pindah ke halaman berikutnya kecuali telah mengulangi halaman- halaman yang sudah kita hafal sebelumnya. Sebagai contoh : jika kita sudah menghafal satu lembar kemudian kita lanjutkan pada lembar ke-dua, maka sebelum menghafal halaman ke-tiga, kita harus mengulangi dua halaman sebelumnya. Kemudian sebelum menghafal halaman ke-empat, kita harus mengulangi tiga halaman yang sudah kita hafal. Kemudian sebelum meghafal halaman ke-lima, kita harus mengulangi empat halaman yang sudah kita hafal. Jadi, tiap hari kita mengulangi lima halaman : satu yang baru, empat yang lama. Jika kita ingin menghafal halaman ke-enam, maka kita harus mengulangi dulu empat halaman sebelumnya, yaitu halaman dua, tiga, empat dan lima. Untuk halaman satu kita tinggal dulu, karena sudah terulangi lima kali. Jika kita ingin menghafal halaman ke-tujuh, maka kita harus mengulangi dulu empat halaman sebelumnya, yaitu halaman tiga, empat, lima, dan enam. Untuk halaman satu dan dua kita tinggal dulu, karena sudah terulangi lima kali, dan begitu seterusnya.
Perlu diperhatikan juga, setiap kita menghafal satu halaman sebaiknya ditambah satu ayat di halaman berikutnya, agar kita bisa menyambungkan hafalan antara satu halaman dengan halaman berikutnya.
Metode Kedua : Menghafal per- ayat , yaitu membaca satu ayat yang mau kita hafal tiga atau lima kali secara benar, setelah itu, kita baru menghafal ayat tersebut. Setelah selesai, kita pindah ke ayat berikutnya dengan cara yang sama, dan begiu seterusnya sampai satu halaman. Akan tetapi sebelum pindah ke ayat berikutnya kita harus mengulangi apa yang sudah kita hafal dari ayat sebelumnya. Setelah satu halaman, maka kita mengulanginya sebagaimana yang telah diterangkan pada metode pertama . ()

Untuk memudahkan hafalan juga, kita bisa membagi Al Qur’an menjadi tujuh hizb ( bagian ) :
Surat Al Baqarah sampai Surat An Nisa’
Surat Al Maidah sampai Surat At Taubah
Surat Yunus sampai Surat An Nahl
Surat Al Isra’ sampai Al Furqan
Surat As Syuara’ sampai Surat Yasin
Surat As Shoffat sampai Surat Al Hujurat
Surat Qaf sampai Surat An Nas
Boleh juga dimulai dari bagian terakhir yaitu dari Surat Qaf sampai Surat An Nas, kemudian masuk pada bagian ke-enam dan seterusnya.

Langkah Kelima : Memperbaiki Bacaan.
Sebelum mulai menghafal, hendaknya kita memperbaiki bacaan Al Qur’an agar sesuai dengan tajwid. Perbaikan bacaan meliputi beberapa hal, diantaranya :
a/ Memperbaiki Makhroj Huruf. Seperti huruf ( dzal) jangan dibaca ( zal ), atau huruf ( tsa) jangan dibaca ( sa’ ) sebagaimana contoh di bawah ini :
ثم —— > سم / الذين —- > الزين
b/ Memperbaiki Harakat Huruf . Seperti yang terdapat dalam ayat-ayat di bawah ini :
1/ وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمات ( البقرة : 124 ) —- > )إبراهيمُ ﴾
2/ وَكُنْت ُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ ( المائدة : 116 )
وَكُنْت ُ < ——— > كُنْتَ
3/ أَفَمَنْ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ أَحَقُّ أَنْ يتَّبَعَ أَمْ مَنْ لَا يَهِدِّي إِلَّا أَنْ يُهْدَى ( ونس : 35 ) —- > أم من لا يَهْدِي
4/ رَبَّنَا أَرِنَا الَّذَيْنِ أَضَلَّانَا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ( فصلت :29 ) —– > الَّذِين
5/ فَكَانَ عَاقِبَتَهُمَا أَنَّهُمَا فِي النَّارِ خَالِدَيْنِ فِيهَا وَذَلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِينَ ﴾ الحشر: 17) —– > خالدِين فيها

Langkah Keenam : Untuk menunjang agar bacaan baik, hendaknya hafalan yang ada, kita setorkan kepada orang lain, agar orang tersebut membenarkan jika bacaan kita salah. Kadang, ketika menghafal sendiri sering terjadi kesalahan dalam bacaan kita, karena kita tidak pernah menyetorkan hafalan kita kepada orang lain, sehingga kesalahan itu terus terbawa dalam hafalan kita, dan kita menghafalnya dengan bacaan tersebut bertahun-tahun lamanya tanpa mengetahui bahwa itu salah, sampai orang lain yang mendengarkannya akhirnya memberitahukan kesalahan tersebut.

Langkah Ketujuh : Faktor lain agar bacaan kita baik dan tidak salah, adalah memperbanyak untuk mendengar kaset-kaset bacaan Al Qur’an murattal dari syekh yang mapan dalam bacaannya. Kalu bisa, tidak hanya sekedar mendengar sambil mengerjakan pekerjaan lain, akan tetapi mendengar dengan serius dan secara teratur. Untuk diketahui, akhir-akhir ini – alhamdulillah – banyak telivisi-telelivisi parabola yang menyiarkan secara langsung pelajaran Al Qur’an murattal dari seorang syekh yang mapan, diantaranya adalah acara di televisi Iqra’ . Tiap pekan terdapat siaran langsung pelajaran Al Qur’an yang dipandu oleh Syekh Aiman Ruysdi seorang qari’ yang mapan dan masyhur, kitapun bisa menyetor bacaan kita kepada syekh ini lewat telpun. Rekaman dari acara tersebut disiarkan ulang setiap pagi. Selain itu, terdapat juga di channel ” Al Majd “, dan channel- channel televisi lainnya. Acara-acara tersebut banyak membantu kita di dalam memperbaiki bacaan Al Qur’an.

Langkah Kedelapan : Untuk menguatkan hafalan, hendaknya kita mengulangi halaman yang sudah kita hafal sesering mungkin, jangan sampai kita sudah merasa hafal satu halaman, kemudian kita tinggal hafalan tersebut dalam tempo yang lama, hal ini akan menyebabkan hilangnya hafalan tersebut.

Diriwayatkan bahwa Imam Ibnu Abi Hatim, seorang ahli hadits yang hafalannya sangat terkenal dengan kuatnya hafalannya. Pada suatu ketika, ia menghafal sebuah buku dan diulanginya berkali-kali, mungkin sampai tujuh puluh kali. Kebetulan dalam rumah itu ada nenek tua. Karena seringnya dia mengulang-ulang hafalannya, sampai nenek tersebut bosan mendengarnya, kemudian nenek tersebut memanggil Ibnu Abi Hatim dan bertanya kepadanya : Wahai anak, apa sih yang sedang engkau kerjakan ? “ Saya sedang menghafal sebuah buku “ , jawabnya. Berkata nenek tersebut : “ Nggak usah seperti itu, saya saja sudah hafal buku tersebut hanya dengan mendengar hafalanmu.” . “ Kalau begitu, saya ingin mendengar hafalanmu “ kata Ibnu Abi Hatim, lalu nenek tersebut mulai mengeluarkan hafalannya. Setelah kejadian itu berlalu setahun lamanya, Ibnu Abi Hatim datang kembali kepada nenek tersebut dan meminta agar nenek tersebut menngulangi hafalan yang sudah dihafalnya setahun yang lalu, ternyata nenek tersebut sudah tidak hafal sama sekali tentang buku tersebut, dan sebaliknya Ibnu Abi Hatim, tidak ada satupun hafalannya yang lupa. () Cerita ini menunjukkan bahwa mengulang-ulang hafalan sangatlah penting. Barangkali kalau sekedar menghafal banyak orang yang bisa melakukannya dengan cepat, sebagaimana nenek tadi. Bahkan kita sering mendengar seseorang bisa menghafal Al Qur’an dalam hitungan minggu atau hitungan bulan, dan hal itu tidak terlalu sulit, akan tetapi yang sulit adalah menjaga hafalan dan mengulanginya secara kontinu.

Langkah Kesembilan : Faktor lain yang menguatkan hafalan adalah menggunakan seluruh panca indra yang kita miliki. Maksudnya kita menghafal bukan hanya dengan mata saja, akan tetapi dibarengi dengan membacanya dengan mulut kita, dan kalau perlu kita lanjutkan dengan menulisnya ke dalam buku atau papan tulis. Ini sangat membantu hafalan seseorang. Ada beberapa teman dari Marokko yang menceritakan bahwa cara menghafal Al Qur’an yang diterapkan di sebagian daerah di Marokko adalah dengan menuliskan hafalannya di atas papan kecil yang dipegang oleh masing-masing murid, setelah mereka bisa menghafalnya di luar kepala, baru tulisan tersebut dicuci dengan air.

Langkah Kesepuluh : Menghafal kepada seorang guru.
Menghafal Al Qur’an kepada seorang guru yang ahli dan mapan dalam Al Qur’an adalah sangat diperlukan agar seseorang bisa menghafal dengan baik dan benar. Rosulullah saw sendiri menghafal Al Qur’an dengan Jibril as, dan mengulanginya pada bulan Ramadlan sampai dua kali katam.

Langkah Kesebelas : Menggunakan satu jenis mushaf Al Qur’an dan jangan sekali-kali pindah dari satu jenis mushaf kepada yang lainnya. () Karena mata kita akan ikut menghafal apa yang kita lihat. Jika kita melihat satu ayat lebih dari satu posisi, jelas itu akan mengaburkan hafalan kita. Masalah ini, sudah dihimbau oleh salah seorang penyair dalam tulisannya :
العين تحفظ قبل الأذن ما تبصر فاختر لنفسك مصحف عمرك الباقي .
“ Mata akan menghafal apa yang dilihatnya- sebelum telinga- , maka pilihlah satu mushaf untuk anda selama hidupmu. “()

Yang dimaksud jenis mushaf di sini adalah model penulisan mushaf. Di sana ada beberapa model penulisan mushaf, diantaranya adalah : Mushaf Madinah atau terkenal dengan Al Qur’an pojok, satu juz dari mushaf ini terdiri dari 10 lembar, 20 halaman, 8 hizb, dan setiap halaman dimulai dengan ayat baru. Mushaf Madinah ( Mushaf Pojok ) ini paling banyak dipakai oleh para pengahafal Al Qur’an, banyak dibagi-bagikan oleh pemerintah Saudi kepada para jama’ah haji. Cetakan-cetakan Al Qur’an sekarang merujuk kepada model mushaf seperti ini. Dan bentuk mushaf seperti ini paling baik untuk dipakai menghafal Al Qur’an.

Disana ada model lain, seperti mushaf Al Qur’an yang dipakai oleh sebagain orang Mesir, ada juga
mushaf yang dipakai oleh sebagain orang Pakistan dan India, bahkan ada model mushaf yang dipakai oleh sebagian pondok pesantren tahfidh Al Qur’an di Indonesia yang dicetak oleh Manar Qudus , Demak.

Langkah Keduabelas : Pilihlah waktu yang tepat untuk menghafal, dan ini tergantung kepada pribadi masing-masing. Akan tetapi dalam suatu hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, disebutkan bahwasanya Rosulullah saw bersabda :
إن الدين يسر ، ولن يشاد الدين أحد إلا غلبه ، فسددوا وقاربوا و أبشروا ، واستعينوا بالغدوة والروحة وشئ من الدلجة
“ Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidak ada yang mempersulit diri dalam agama ini kecuali dia akan capai sendiri, makanya amalkan agama ini dengan benar, pelan-pelan, dan berilah kabar gembira, serta gunakan waktu pagi, siang dan malam ( untuk mengerjakannya ) “ ( HR Bukhari )

Dalam hadist di atas disebutkan waktu pagi ,siang dan malam, artinya kita bisa menggunakan waktu-waktu tersebut untuk menghafal Al Qur’an. Sebagai contoh : di pagi hari, sehabis sholat subuh sampai terbitnya matahari, bisa kita gunakan untuk menghafal Al Qur’an atau untuk mengulangi hafalan tersebut, waktu siang siang, habis sholat dluhur, waktu sore habis sholat Ashar, waktu malam habis sholat Isya’ atau ketika melakukan sholat tahajud dan seterusnya.

Langkah Ketigabelas : Salah satu waktu yang sangat tepat untuk melakukan pengulangan hafalan adalah waktu ketika sedang mengerjakan sholat –sholat sunnah, baik di masjid maupun di rumah. Hal ini dikarenakan waktu sholat, seseorang sedang konsentrasi menghadap Allah, dan konsentrasi inilah yang membantu kita dalam mengulangi hafalan. Berbeda ketika di luar sholat, seseorang cenderung untuk bosan berada dalam satu posisi, ia ingin selalu bergerak, kadang matanya menengok kanan atau kiri, atau kepalanya akan menengok ketika ada sesuatu yang menarik, atau bahkan kawannya akan menghampirinya dan mengajaknya ngobrol . Berbeda kalau seseorang sedang sholat, kawannya yang punya kepentingan kepadanya-pun terpaksa harus menunggu selesainya sholat dan tidak berani mendekatinya, dan begitu seterusnya.

Langkah Keempatbelas : Salah satu faktor yang mendukung hafalan adalah memperhatikan ayat-ayat yang serupa ( mutasyabih ) . Biasanya seseorang yang tidak memperhatikan ayat-ayat yang serupa ( mutasyabih ), hafalannya akan tumpang tindih antara satu dengan lainnya. Ayat yang ada di juz lima umpamanya akan terbawa ke juz sepuluh. Ayat yang mestinya ada di surat Surat Al-Maidah akan terbawa ke surat Al-Baqarah, dan begitu seterusnya. Di bawah ini ada beberapa contoh ayat-ayat serupa ( mutasyabihah ) yang seseorang sering melakukan kesalahan ketika menghafalnya :

- ﴿ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ ﴾ البقرة 173 < ———— > ﴿ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ ) المائدة 3 ، والأنعام 145، و النحل 115
- ( ذلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّين بغير الحق ) البقرة : 61
( إن الذين يكفرون بآيات اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّين بغير حق ) آل عمران : 21
( ذلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الأنبياء بغير حق ) آل عمرن : 112

Untuk melihat ayat –ayat mutasyabihat seperti ini secara lebih lengkap bisa dirujuk buku – buku berikut :
Duurat At Tanzil wa Ghurrat At Ta’wil fi Bayan Al Ayat Al Mutasyabihat min Kitabillahi Al Aziz , karya Al Khatib Al Kafi.

Asrar At Tikrar fi Al Qur’an, karya : Mahmud bin Hamzah Al Kirmany.
Mutasyabihat Al Qur’an, Abul Husain bin Al Munady
‘Aunu Ar Rahman fi Hifdhi Al Qur’an, karya Abu Dzar Al Qalamuni

Langkah Kelimabelas : Setelah hafal Al Qur’an, jangan sampai ditinggal begitu saja. Banyak dari teman-teman yang sudah menamatkan Al Qur’an di salah satu pondok pesantren, setelah keluar dan sibuk dengan studinya yang lebih tinggi, atau setelah menikah atau sudah sibuk pada suatu pekerjaan, dia tidak lagi mempunyai program untuk menjaga hafalannya kembali, sehingga Al-Qur’an yang sudah dihafalnya beberapa tahun di pesantren akhirnya hanya tinggal kenangan saja. Setelah ditinggal lama dan sibuk dengan urusannya, ia merasa berat untuk mengembalikan hafalannya lagi. Fenomena seperti sangat banyak terjadi dan hal itu sangat disayangkan sekali. Boleh jadi, ia mendapatkan ijazah sebagai seorang yang bergelar ” hafidh ” atau ” hafidhah “, akan tetapi jika ditanya tentang hafalan Al- Qur’an, maka jawabannya adalah nihil.

Yang paling penting dalam hal ini bukanlah menghafal, karena banyak orang bisa menghafal Al Qur’an dalam waktu yang sangat singkat, akan tetapi yang paling penting adalah bagaimana kita menjaga hafalan tersebut agar tetap terus ada dalam dada kita. Di sinilah letak perbedaan antara orang yang benar-benar istiqamah dengan orang yang hanya rajin pada awalnya saja. Karena, untuk menjaga hafalan Al Qur’an diperlukan kemauan yang kuat dan istiqamah yang tinggi. Dia harus meluangkan waktunya setiap hari untuk mengulangi hafalannya. Banyak cara untuk menjaga hafalan Al Qur’an, masing-masing tentunya memilih yang terbaik untuknya. Diantara cara untuk menjaga hafalan Al Qur’an adalah sebagai berikut :

Mengulangi hafalan menurut waktu sholat lima waktu. Seorang muslim tentunya tidak pernah meninggalkan sholat lima waktu, hal ini hendaknya dimanfaatkan untuk mengulangi hafalannya. Agar terasa lebih ringan, hendaknya setiap sholat dibagi menjadi dua bagian, sebelum sholat dan sesudahnya. Sebelum sholat umpamanya :i sebelum adzan, dan waktu antara adzan dan iqamah. Apabila dia termasuk orang yang rajin ke masjid, sebaiknya pergi ke masjid sebelum adzan agar waktu untuk mengulangi hafalannya lebih panjang. Kemudian setelah sholat, yaitu setelah membaca dzikir ba’da sholat atau dzikir pagi pada sholat shubuh dan setelah dzkir sore setelah sholat Ashar. Seandainya saja, ia mampu mengulangi hafalannya sebelum sholat sebanyak seperempat juz dan sesudah sholat seperempat juz juga, maka dalam satu hari dia bisa mengulangi hafalannya sebanyak dua juz setengah. Kalau bisa istiqamah seperti ini, maka dia bisa menghatamkan hafalannya setiap dua belas hari, tanpa menyita waktunya sama sekali. Kalau dia bisa menyempurnakan setengah juz setiap hari pada sholat malam atau sholat-sholat sunnah lainnya, berarti dia bisa menyelesaikan setiap harinya tiga juz, dan bisa menghatamkan Al Qur’an pada setiap sepuluh hari sekali. Banyak para ulama dahulu yang menghatamkan hafalannya setiap sepuluh hari sekali.

Ada sebagian orang yang mengulangi hafalannya pada malam saja, yaitu ketika ia mengerjakan sholat tahajud. Biasanya dia menghabiskan sholat tahajudnya selama dua jam. Cuma kita tidak tahu, selama dua jam itu berapa juz yang ia dapatkan. Menurut ukuran umum, kalau hafalannya lancar, biasanya ia bisa menyelesaikan satu juz dalam waktu setengah jam. Berarti, selama dua jam dia bisa menyelesaikan dua sampai tiga juz dengan dikurangi waktu sujud dan ruku.

Ada juga sebagian teman yang mengulangi hafalannya dengan cara masuk dalam halaqah para penghafal Al Qur’an. Kalau halaqah tersebut berkumpul setiap tiga hari sekali, dan setiap peserta wajib menyetor hafalannya kepada temannya lima juz berarti masing-masing dari peserta mampu menghatamkan Al Qur’an setiap lima belas hari sekali. Inipun hanya bisa terlaksana jika masig-masing dari peserta mengulangi hafalannya sendiri-sendiri dahulu.

( ) Hadist riwayat Abu Daud ( no : 1319 ), dishohihkan oleh Syekh Al Bani dalam Shohih Sunan Abu Daud , juz I, hal. 361
( ) Untuk mengetahui secara lebih lengkap tentang derajat hadits tersebut bisa dirujuk : Abu Umar Abdullah bin Muhammad Al Hamadi, Al Asinatu Al Musyri’atu fi At Tahdhir min As Solawat Al Mubtadi’ah, ( Kairo, Maktabah At Tabi’in, 2002 ) Cet Pertama, hal. 97 -120
( ) Ibid, hal.21-39
( ) Abu Abdur Rahman Al Baz Taufiq, Ashal Nidham Li Hifdhi Al Qur’an, ( Kairo, Maktabah Al Islamiyah, 2002 ) Cet. Ke-Tiga, Hal. 13
( ) Ali bin Umar Badhdah, Kaifa Tahfadu Al Qur’an, hal. 6
( ) Ibid. hal 12
( ) Abu Dzar Al Qalamuni, ‘Aunu Ar Rahman fi Hifdhi Al Qur’an, ( Kairo, Dar Ibnu Al Haitsam, 1998 ) Cet Pertama, hal.16
( ) Abu Abdur Rahman Al Baz Taufiq, Op. Cit, Hal. 15

Ditulis Oleh DR. Ahmad Zain An-Najah, M.A

author; unknown

sumber;
Catatan group fb: Satu Hari, Satu Ayat Qur’an

www.eramuslim.com

Minggu, 14 November 2010

Aku lah lilin Harapan



Ada 4 lilin yang menyala, sedikit demi sedikit lilin tersebut habis melelehdan suasana terasa begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka.

Yang pertama berkata : " Aku adalah Damai. Namun manusia tak mampu menjagaku : maka lebih baik aku mematikan diriku saja !"Demikianlah sedikit demi sedikit sang Lilin padam.

Yang kedua berkata : "Aku adalah Iman. Sayang aku tak berguna lagi. Manusia tak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala."Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.

Dengan sedih giliran ketiga berbicara :" Aku adalah Cinta. Tak mampu lagiaku untuk tetap menyala. Manusia tidak lagi memandang dan menganggapku berguna.Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mecintainya, membencikeluarganya. " Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin ketiga.

Tanpa terduga....seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan melihatketiga lilin telah padam. Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata :" Ekh, apa yang terjadi ? Kalian harus tetap menyala, aku takut akan kegelapan !"Lalu ia menangis tersedu-sedu.


Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata : " Jangan takut, janganlah menangis,selama aku masih ada dan tetap menyala, kita tetap dapat selalu menyalakanketiga Lilin lainnya : " Akulah HARAPAN "Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakankembali ketiga Lilin lainnya.

Apa yang tidak pernah mati hanyalah HARAPAN. Harapan yang ada dalam hati kita.Dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat seperti anak tersebut, yang dalamsituasi apapun mampu menghidupkan kembali Iman, Damai, Cinta dengan HARAPAN-nya !

== Semoga Saja ==



Semoga saja ini bukan hanya sekedar sebuah mimpi.

Semoga saja ini bukan bunga tidur



Semoga saja rasa ini tidak akan pernah pudar ditelan oleh waktu, melainkan waktu jualah yang kelak akan menjadi saksi-nya



Semoga saja harapan & doa yang baik ini kelak dapat menjadi kenyataan.



Semoga saja engkau merupakan yang pertama dan yang terakhir bagiku...



Semoga saja aku dapat mengemban amanah ini, hingga pada akhirnya ikrar dan nafasku ini memainkan serta menghentikan durasi-nya di saat yang indah hingga tiba pada waktunya.



Hmm...



Semoga saja...............semua ini dapat menjadi kenyataan :)

I love u honey..
I miss u Always..
I need u..

== Mencintaimu Karena-Mu Ya Allah==



Wahai Penilai Hati lihat batinku, Entah Ungkapan apa yang dapat kulukiskan betapa bersyukurnya Hamba atas anugerah Cinta yang Engkau berikan ini pada Hamba..


Hanya padamu kubertanya lewat setiap sujudku ini Hingga akhirnya kau tunjukkan padaku Cinta terhadap makhluk karenamu Ya Alloh.. Sesungguhnya rahasia itu hanya kau yang tahu

Hingga akhirnya engkau ajarkan kepada hamba atas apa-apa yang tidak kuketahui Kau tunjukkan ilmu-Mu dihadapanku yang sungguh aku tak mampu menafsirkan betapa sesungguhnya engkau maha mengetahui apa-apa yang tidak kuketahui



Kau berikan jawaban kepada Hamba atas setiap doa yang kupanjatkan dalam setiap kesempatan kala bermunajat kepada-Mu dan juga didalam sunyi keheningan malam



Engkau tunjukkan pula pada lubuk hatiku akan hubungan yang sesuai dengan syar’i dan yang sepantasnya diridhoi olehmu Ya Alloh.



Kau berikan aku kekuatan dan tindakan nyata kepadaku dalam setiap keraguanku hingga ku dapat melangkah dan memutuskan segala sesuatu-Nya menyesuaikan dengan tuntunanmu



Ya Alloh..sungguh luar biasa rencana darimu Ya Alloh

Kau pertemukan hamba dengan seseorang yang terbaik menurut pandangan serta harapanku dan tentunya terbaik pula menurut-Mu Ya Alloh.



Tiada kata yang bisa kuucapkan selain rasa syukur kepadamu Ya Alloh

Aku sebagai hambamu yang lemah dan tak sempurna hanya bisa memohon dan berdoa kepadamu Ya Alloh



Janganlah Engkau cabut rasa yang telah hadir dan kian tumbuh itu dariku Ya Alloh

Janganlah pula Engkau bolak-balikkan Hati Hamba-MU ini Ya Alloh dari Qolbu ini



Sesungguhnya,

Aku mencintaimu ….. …. ….. karena-Mu Ya Alloh.



Dengarlah suara hatiku duhai kekasihku tersayang, bahwa sesungguhnya aku mencintaimu karena Alloh...

Dan, di akhir ungkapan hatiku ini..

Kutitipkan saja Rindu dan Cintaku ini pada-Nya...



Amiin Ya Robbal’alamin



Kamis, 11 November 2010

Atas Nama Keluarga



Keluarga adalah pusaran dimana banyak hal kita pertaruhkan.

Ia selalu memanggil dalam diam, mengikat dalam halus, menjangkau dalam jauh.

Siapapun kita, dimanapun kita, kita pasti terjahit oleh serat-serat keluarga.

Bahkan yang benar-benar hidup sebatang kara, masih bisa mengimajinasikan ayah & ibunya yang memang pernah nyata.



Keluarga adalah jembatan penghubung bagi keberlangsungan wujud manusia.

Keluarga adalah sumber kekuatan kita untuk terus menjalani apa yang harus. Maka pasti ada yang layak kita pertaruhkan, atas nama keluarga.



Seperti apapun, kita adalah anak dari orang tua kita.

Dalam kondisi yang lain, kita adalah juga orang tua dari anak-anak kita.

Kita mungkin juga adik dari kakak kita, atau kakak dari adik kita.

Atau paman dan bibi dari keponakan kita.

Hubungan yang terbangun dari ikatan biologis itu tidak semata soal ikatan darah dan ras.

tapi itu semua memiliki kompleksitas yang luar biasa secara kejiwaan. Maka sebuah keluarga bukan sekedar soal bertautnya fisik dengan fisik yang melahirkan fisik ketiga.

Ini adalah persenyawaan hati, rasa dan pikiran yang kesemuanya bermuara pada satu kesadaran, kesadaran akan makna keluarga.



Disini keluarga adalah tempat bermula.

Dengan ayah & ibu yang masih genap, keluarga seringkali tak sekedar tempat berawal, tapi juga tempat kita kembali.

Bahkan dalam usia kita yang tak lagi muda, dan anak-anak mungkin telah hadir, kita tetap punya saat-saat merindukan ibu, merindukan kerelaannya, kesabarannya, dekapannya, juga makanan seadanya yang menjadi sangat istimewa karena dia memasak dengan cinta.

Kita masih punya saat-saat kita merindukan ayah, suaranya yang khas, pandangannya yang khas, dan tentu saja nasehatnya yang khas.

Bila pun akses pengetahuan kita lebih maju, petuah ayah ibu selalu memiliki kedalaman arti.

Bahkan bila sebagian kita sudah tidak lagi punya mereka, atau tidak sempat melihat rupa mereka, kita masih bisa menghadirkan 'perasaan ada' dari keduanya.



Keluarga adalah sumber kekuatan kita untuk terus menjalani apa yang harus.

Pasti, ada yang layak kita pertaruhkan, atas nama keluarga...

)-(

-Sumber : majalah Tarbawi-

Minggu, 07 November 2010

Menikah, Bukan Sekedar Memadu Cinta



Buat teman2ku yg akan menikah dan Untuk saya sendiri pastinya yg pengen menikah...semoga bermanfaat n lebih mempersiapkan diri ketika pernikahan itu datang menyapa...aminnn

Assalamu'alaikum wr wb....


"Rumahku surgaku", ujar Rasulullah singkat saat salah seorang sahabat bertanya mengenai rumah tangga beliau. Sebuah ungkapan yang tiada terhingga nilainya, dan tidak dapat diukur dengan parameter apapun. Sebuah idealisme yang menjadi impian semua keluarga. Tapi untuk mewujudkannya pada sebuah rumah tangga (keluarga) ternyata tidaklah mudah. Tidak seperti yang dibayangkan ketika awal perkenalan atau sebelum pernikahan. Butuh proses, butuh kesabaran, butuh perjuangan, bahkan pengorbanan juga ilmu!

Saat ini, persoalan dalam keluarga membuat banyak pasangan suami istri dalam masyarakat kita menjadi gamang. Baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Wajar, karena itulah hakikat hidup. Bukan hidup namanya jika tanpa masalah. Justru masalah yang membuat manusia bisa merasakan kesejatian hidup, menjadikan hidup lebih berwarna dan tidak polos seperti kertas putih yang membosankan. Namun jangan sampai masalah-masalah itu mengendalikan diri kita hingga kita kehilangan hakikat hidup.

Isitrahatlah sejenak dari bermimpi tentang pernikahan. Jika mimpi itu hanya berisi bagaimana mengatasi rasa gugup saat akad nikah. Atau tumpukan kado dan amplop warna-warni menghiasi 'bed of roses'. Atau kalau hanya mengharap salam indah dan atau jawaban salam dari kekasih. Apalagi membayangi bisa menatap, berbicara dan menghabiskan waktu bersama belahan hati tercinta.

Pernikahan tidak cuma sampai di situ, sobat. Ada banyak pekerjaan dan tugas yang menanti. Bukan sekedar merapihkan rumah kembali dari sampah-sampah pesta pernikahan, karena itu mungkin sudah dikerjakan oleh panitia. Bukan menata letak perabotan rumah tangga, bukan juga kembali ke kantor atau beraktifitas rutin karena masa cuti habis.

Tapi ada hal yang lebih penting, menyadari sepenuhnya hakikat dan makna pernikahan. Bahwa pernikahan bukan seperti 'rumah kost' atau 'hotel'. Di mana penghuninya datang dan pergi tanpa jelas kapan kembali. Tapi lebih dari itu, pernikahan merupakan tempat dua jiwa yang menyelaraskan warna-warni dalam diri dua insan untuk menciptakan warna yang satu: warna keluarga.

Memang pernikahan berarti memperoleh pendamping hidup, pelengkap sayap kita yang hanya sebelah. Tempat untuk berbagi dan mencurahkan seluruh jiwa. Tapi jangan lupa bahwa siapapun pasangan hidup kita, ia adalah manusia biasa. Seseorang yang alur dan warna hidup sebelumnya berbeda dengan kita. Seberapa jauh sekalipun kita merasa mengenalnya, tetap akan banyak 'kejutan' yang tak pernah kita duga sebelumnya. Upaya adaptasi dan komunikasi bakal jadi ujian yang cuma bisa dihadapi dengan senjata kesabaran.

Pasangan kita, yang kita cintai adalah manusia biasa. Dan ciri khas makhluk bernama manusia adalah memiliki kekurangan dan kelemahan diri. Memahami diri sendiri sebagai manusia sama pentingnya dengan memahami orang lain sebagai manusia. Pemahaman ini penting untuk dijaga, karena cepat atau lambat kita akan menemukan kekurangan atau kebiasaan buruk pasangan kita.

Oleh karena itu, bagi yang belum menikah, jangan terlalu banyak menghabiskan waktu dengan memilih pasangan hidup saja. Apalagi parameternya tak jauh dari penampilan, fisik, encernya otak, anak orang kaya, pekerjaan mapan, penghasilan besar, berkepribadian (mobil pribadi, rumah pribidi), berwibawa (wi...bawa mobil, wi...bawa handphone, wi...bawa laptop), dan sebagainya.

Tapi, pernahkah kita berpikir untuk membantu seseorang yang ingin mengembangkan dirinya ke arah yang lebih baik hari demi hari bersama diri kita?

Lebih dari itu, pernikahan dalam konteks dakwah merupakan tangga selanjutnya dari perjalanan panjang dakwah membangun peradaban ideal dan tegaknya kalimat Allah. Namun tujuan mulia pernikahan akan menjadi sulit direalisasikan jika tidak memahami bahwa pernikahan dihuni oleh dua jiwa. Setiap jiwa punya warna tersendiri, dan pernikahan adalah penyelarasan warna-warna itu. Karenanya merupakan sebuah tugas untuk bersama-sama mengenali warna dan karakter pasangan kita. Belajar untuk memahami apa saja yang ada dalam dirinya. Menerima dan menikmati kelebihan yang dianugerahkan padanya. Dan membantu membuang karat-karat yang mengotori jiwa dan pikirannya.

Menikah berarti mengerjakan sebuah proyek besar dengan misi yang sangat agung: melahirkan generasi yang bakal meneruskan perjuangan. Pernahkan terpikir betapa tidak mudahnya misi itu? Berawal dari keribetan kehamilan, perjuangan hidup mati saat melahirkan, sampai kurang tidur menjaga si kecil? Ketika bertambah usia, kadang ia lucu menggemaskan tapi tak jarang membuat kesal. Dan seterusnya hingga ia beranjak dewasa, belajar berargumentasi atau mempertentangkan idealisme yang orangtuanya tanamkan. Sungguh, tantangan yang sulit dibayangkan jika belum mengalaminya sendiri...

Menikah berarti berubahnya status sebagai individu menjadi sosial (keluarga). Keluarga merupakan lingkungan awal membangun peradaban. Dan tentu sulit membangun peradaban jika kondisi 'dalam negeri' masih tidak beres. Maka butuh keterampilan untuk memanajemen rumah tangga, menjaga kesehatan rumah dan penghuninya, mengatur keuangan, memenuhi kebutuhan gizi, menata rumah, dan masih banyak lagi keterampilan yang mungkin tak pernah terpikirkan...

Ini bukan cerita tentang sisi "gelap" pernikahan (wong saya sendiri belum nikah!). Tapi seperti briefing singkat yang menyemangati para petualang yang bakal memasuki hutan belantara yang masih perawan. Yang berhasil, bukan mereka yang hanya bermodal semangat. Tapi mereka yang punya bekal ilmu, siap mental dan tawakkal kepadaNYA. Karena pernikahan bukanlah sebuah keriaan sesaat, namun ia adalah nafas panjang dan kekuatan yang terhimpun untuk menapaki sebuah jalan panjang dengan segala tribulasinya.

Pernikahan adalah penyatuan dua jiwa yang kokoh untuk menghapuskan pemisahan. Kesatuan agung yang menggabungkan kesatuan-kesatuan yang terpisah dalam dua ruh. Ia adalah permulaan lagu kehidupan dan tindakan pertama dalam drama manusia ideal. Di sinilah permulaan vibrasi magis itu yang membawa para pencinta dari dunia yang penuh beban dan ukuran menuju dunia mimpi dan ilham. Ia adalah penyatuan dari dua bunga yang harum semerbak, campuran dari keharuman itu menciptakan jiwa ketiga.

Wallahu'alam..

Wassalmau'alaikum wr wb....

Selasa, 02 November 2010

Pilih Senang atau Bahagia?



Kalau saya, pilih dua-duanya. Senang dan bahagia. Tapi kebanyakan kita terjebak pada kesenangan semata. Kesenangan sifatnya sejenak, tidak tahan lama. Kesenangan dinikmati oleh lima panca indera kita; mulai dari makanan yang lezat, film yang mempesona, musik yang indah sampai mobil yang aduhai. Tidak ada yang salah dengan kesenangan. Namun, perlu disadari bahwa kesenangan itu cepat berlalu.
Selesai makan yang lezat, tamatlah kesenangan sampai di situ. Selesai menonton konser jazz Chick Corea yang fantastis, jadilah semua itu tinggal kenangan. Begitu mobil baru kita tergores sedikit catnya, bertukarlah kesenangan itu menjadi kekecewaan bahkan umpatan. Namun lain ceritanya dengan kebahagiaan. Kebahagiaan adalah bahan dasar dari kesenangan.
Kesenangan berasal dari sesuatu di luar diri kita. Sedangkan kebahagiaan lahir dari dalam diri kita sendiri.Kebahagiaan hadir seijin kita, artinya ia muncul hasil dari pilihan-pilihan yang kita buat. Kita memutuskan untuk bahagia. Kebahagian adalah tindakan yang disengaja. Ada sebuah keluarga yang penuh gelak tawa saat menikmati hidangan sangat sederhana di gubuk mereka yang reyot dan sempit. Mereka “memutuskan” untuk bahagia. Namun, ada keluarga yang begitu nelangsa di restoran yang mewah dengan makanan serba nikmat tersaji lantaran terlalu lama menunggu. Mereka “memilih” untuk senang tapi tidak bahagia. Ada seorang pejabat yang sampai saat tidak mau menunggui rumah barunya yang mewah lantaran takut diselidiki oleh KPK. Ia senang dengan rumah barunya tapi “memutuskan” untuk takut dan tidak bahagia.
Saat menghadiri buka puasa bersama anak yatim, saya mendengar percakapan antara dua anak yang begitu terkejut dengan hidangan yang disajikan. “Wah, ada ayam goreng lho!”, serunya takjub kepada temannya. Mereka begitu senang dan bersyukur dengan hidangan itu. Padahal “cuma” ayam goreng. Ayam goreng yang oleh “orang kaya” dianggap menu biasa dan tidak perlu disyukuri. Ada orang yang tetap bahagia meskipun tengah menderita kemalangan. Dari luar, hidup mereka nampak tidak menyenangkan, tapi sejatinya mereka puas dan mensyukuri hidup ini. Sebaliknya, banyak orang yang dikelilingi oleh kesenangan pribadi: mobil mewah, rumah bagus, pakaian indah, tapi tidak merasakan kebahagiaan dalam dirinya. Angelina Jolie dan Brad Pitt kurang apanya coba? Tapi kenapa harus berpisah lantaranan persoalan yang menurut saya pastilah tidak prinsipil dan hanya demi ego masing-masing saja?
Ternyata, benar bahwa kebahagiaan itu adalah pilihan. Kitalah yang memilih untuk bahagia. Bahagia yang tanpa syarat dan kondisi. Kita bisa bahagia di kala hujan atau kemarau. Kita bisa bahagia di kala diberi nikmat atau ujian. Kita tidak bisa mengendalikan kehidupan di luar diri kita. Kita punya pilihan untuk menentukan respon terhadap stimulus yang datang, kata Stephen Covey. Masalah yang berat akan selalu datang menghampiri. Justru dari situlah kita diuji untuk naik levelnya. Ken Blanchard mengatakan bahwa kekuatan diri dan karakter kita justru muncul karena melewati tantangan-tantangan besar dan sulit, bukan yang mudah. Bagi mereka yang mampu melewatinya, itulah mereka yang sukses sebenarnya. Sukses adalah bahagia.
So, pilih mana? Senang atau bahagia? Kalau saya tidak mau disodori pilihan “ATAU”, maunya “DAN”.

Menikmati, Bukan Hanya Memiliki



Rumah yang ditempati sekarang ini kami beli dari sepasang suami istri yang berusia jauh di atas kami. Kami tertarik dengan rumah ini karena sesuai dengan impian kami, yaitu bangunannya hanya sepertiga dari tanah. Selebihnya adalah tanah terbuka dengan banyak pepohonan rindang. Kami ingin rumah seperti di kampung.
Suami istri itu bercerita bahwa mereka baru menikmati rumah ini beberapa tahun belakangan ini, setelah si suami pensiun dan si istri melepas jabatan strukturalnya di sebuah kampus ternama. Akhirnya mereka tersadar bahwa selama ini menanggap rumah ini bak rumah kos saja, hanya untuk tidur belaka. Selebihnya sering kosong, karena mereka masing-masing sibuk di luar rumah. Pun pada saat hari libur, mereka habiskan untuk menghadiri acara dan undangan ini itu. Saat ingin menikmati rumah itu, energi mereka sudah tidak seperti dulu lagi. Mereka tidak sanggup lagi merawat rumah yang cukup besar ini. Mereka ingin pindah ke rumah yang lebih kecil.
Salah seorang famili saya begitu antusias dengan hobi barunya, bersepeda. Tidak tanggung-tanggung, entah karena pengaruh iklan atau temannya, ia membeli sepeda yang harganya hampir seratus jutaan. Sekarang kondisi sepeda itu hanya teronggok di pojokan garasi tak terpakai. Pemiliknya ternyata hanya kepincut sebentar dengan mainan itu.
Bahkan seorang kerabat lain punya kesimpulan ekstrim bahwa semua kepemilikannya hanya dinikmati oleh orang lain. Rumahnya lebih banyak dinikmati oleh pembantu yang menjaganya. Mobil lebih banyak dinikmati oleh sopirnya. Ia jadi tidak begitu berminat dengan kepemilikan barang-barang yang bisa dibeli dari hasil jerih payahnya.
Saya sendiri, belakangan ini mulai menginventarisir barang-barang yang saya miliki. Ternyata, setelah ditelusuri banyak di antara barang yang dikumpulkan itu jarang atau nyaris tak ternikmati. Contohnya adalah pakaian. Setelah saya kumpulkan, ada ratusan pakaian menumpuk di lemari dan tak terpakai. Ternyata, saya hanya mengulang-ulang pakaian yang saya sukai saja.
Saya berkesimpulan bahwa saya hanya butuh beberapa helai pakaian saja untuk kebutuhan sehari-hari dan acara tertentu. Jumlahnya tidak sampai 20 potong. Pakaian hasil sortiran yang tak terpakai ini sekarang saya tumpuk. Rencananya mau disumbangkan. Sebagian sudah diangsur oleh pembantu untuk dibawa ke kampungnya.
Gadget, adalah barang yang selalu menggoda saya. Begitu kita beli model terbaru, tak lama kemudian muncul lagi yang lebih canggih dan membuat milik saya jadi kuno. Saya jadi tidak nyaman dengan milik saya yang sekarang ini. Padahal, saya belum maksimal menikmatinya.
Begitulah dunia materi yang selalu menggoda kita dengan berbagai caranya. Mereka merayu kita agar selalu meningkatkan keinginan menjadi kebutuhan.
Saya jadi teringat dengan tulisan Arvan Pradiansyah beberapa tahun lalu di majalah SWA, berjudul: Menikmati, Bukan Memiliki. Banyak di antara kita yang terjebak mengejar kepemilikan, bukan kepada esensi dari kepemilikan itu sendiri, yaitu untuk menikmatinya.
Bagaimana cara untuk menikmati yang kita miliki? Dengan mengendalikan nafsu untuk memiliki lebih banyak dan lebih banyak lagi. Beli sedikit saja, tapi yang betul-betul penting, esensi. Itu saran dari Leo Babauta, penulis blog tentang gaya hidup minimalis yang cukup mempengaruhi saya ini.
Belilah sedikit barang, tapi betul-betul berkualitas, kata Leo. Saya setuju. Jam tangan Seiko yang saya pakai sekarang ini adalah pengganti jam yang saya beli tahun 2002 lalu. Jam ini pun saya ganti bukan karena rusak, tapi atas anjuran istri yang sudah bosan melihatnya Saya sudah sangat puas memakai jam itu sebelum diganti dengan yang lain. Utilitasnya sudah maksimal, menurut teori ekonomi mikro yang saya pelajari.
Begitu juga dengan sepatu. Saya hanya memiliki 3 sepatu. Satu sepatu kasual untuk dipakai sehari-hari, satu sepatu formal jika ada acara yang mewajibkan memakai batik atau jas (sepatu ini sangat tidak saya sukai karena tidak nyaman), dan satu sepatu olah raga.
Menurut saya, kenikmatan dari kepemilikan itu tidak berhubungan dengan jumlah yang dimiliki. Semakin banyak yang dimiliki, semakin berkurang kenikmatannya. Semakin sedikit yang dimiliki semakin maksimal kita menikmatinya.
Lantas, buat apa dong kita mengejar kekayaan? Tergantung tujuannya. Kalau kekayaan hanya dijadikan alat untuk mengejar kepemilikan, niscaya akan sia-sia dan hampa. Kekayaan harus dikejar semaksimal mungkin dengan tujuan yang lebih tinggi dari itu. Anda pasti paham apa maksud saya.

Senin, 11 Oktober 2010

Kasih Ibu Sepanjang Masa, Cinta Anak Sepanjang Masa..kan ?



Pada malam itu, Ana bertengkar dengan ibunya. Karena sangat marah, Ana segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun. Saat berjalan di suatu jalan, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak membawa uang. Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai bakmi dan ia mencium harumnya aroma masakan. Ia ingin sekali memesan semangkuk bakmi, tetapi ia tidak mempunyai uang.
Pemilik kedai melihat Ana berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu berkata “Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?” ”Ya, tetapi, aku tidak membawa uang” jawab Ana dengan malu-malu “Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu” jawab si pemilik kedai. “Silahkan duduk, aku akan memasakkan bakmi untukmu”.
Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi. Ana segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang.
“Ada apa nona?” tanya si pemilik kedai. “Tidak apa-apa, aku hanya terharu” jawab Ana sambil mengeringkan air matanya. “Bahkan, seorang yang baru kukenal pun memberi aku semangkuk bakmi, tetapi, ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi ke rumah. Kau, seorang yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri” katanya kepada pemilik kedai.
Pemilik kedai itu setelah mendengar perkataan Ana, menarik nafas panjang dan berkata, “Nona mengapa kau berpikir seperti itu? Renungkanlah hal ini, aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu. Ibumu telah memasak bakmi dan nasi untukmu saat kau kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya? Dan kau malah bertengkar dengannya”
Ana, terhenyak mendengar hal tsb. “Mengapa aku tidak berpikir tentang hal tersebut? Untuk semangkuk bakmi dari orang yang baru kukenal, aku begitu
berterima kasih, tetapi kepada ibuku yang memasak untukku selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya. Dan hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya.
Ana, segera menghabiskan bakminya, lalu ia menguatkan dirinya untuk segera pulang ke rumahnya. Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yang harus diucapkan kepada ibunya. Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas.
Ketika bertemu dengan Ana, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah “Ana kau sudah pulang, cepat masuklah, aku telah menyiapkan makan malam dan makanlah dahulu sebelum kau tidur, makanan akan menjadi dingin jika kau tidak memakannya sekarang”.
Pada saat itu Ana tidak dapat menahan tangisnya dan ia menangis dihadapan ibunya.
Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang lain di sekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikan kepada kita. Tetapi kepada orang yang sangat dekat dengan kita (keluarga) khususnya orang tua kita, kita harus ingat bahwa kita berterima kasih kepada mereka seumur hidup kita.
Seringkali kita menganggap pengorbanan mereka merupakan suatu proses alami yang biasa saja; tetapi kasih dan kepedulian orang tua kita adalah hadiah paling berharga yang diberikan kepada kita sejak kita lahir.

Transaksi Nilai Kasih Sayang Ibu



Aghnanku,Cintailah Para Orang Tua...
Suatu hari, Aghnan yang masih duduk dikelas 5 SD mendatangi ibunya yang sedang sibuk menyediakan makan malam di dapur. Kemudian dia mengulurkan secarik kertas yang bertuliskan sesuatu. Si Ibu segera membersihkan tangan lalu menerima kertas yang diberikan oleh anak tercintanya itu dan membacanya.
INVOICE Ongkos upah membantu ibu:
1. Membantu pergi ke warung : Rp. 20.000
2. Menjaga adik : Rp. 20.000
3. Membuang sampah : Rp. 5.000
4. Membereskan tempat tidur : Rp. 10.000
5. Menyiram tanaman : Rp. 15.000
6. Menyapu halaman : Rp. 15.000
Total : Rp. 85.000
Selesai membaca, si Ibu tersenyum memandang Aghnan yang raut wajahnya mulai berbinar. Si Ibu maklum dan amat senang dengan kepandaiannya “bertransaksi”, karena memang si Aghnan dididik untuk bisa berbisnis agar kelak bisa hidup mandiri dan bisa berbagi kepada sesama. Lalu dengan tetap tersenyum si Ibu mengambil pena dan menulis sesuatu di belakang kertas yang sama.
1. Ongkos mengandungmu selama 9 bulan : GRATIS
2. Ongkos berjaga malam karena menjagamu : GRATIS
3. Ongkos airmata yang menetes karenamu : GRATIS
4. Ongkos khawatir karena selalu memikirkan keadaanmu : GRATIS
5. Ongkos menyediakan makan, minum, pakaian & keperluanmu : GRATIS
Total keseluruhan Nilai Kasihku GRATIS
Airmata si Aghnan kontan berlinang setelah membaca nota “pembayaran” ibunya tersebut. Aghnan menatap wajah ibu, memeluknya dan berkata, “Aghnan sayang ibu” . Kemudian Aghnan mengambil pena dan menulis sesuatu di depan surat yang ditulisnya: “TELAH DIBAYAR LUNAS !!” dan menyerahkan kepada ibunya sembari memberi bonus sejuta kecupan buat Ibunya.
(disunting dari tulisan Bapak Fourqy Alfurqon Noordien )

Gaji Seorang Ibu Rumah Tangga



Menjemput anak di sekolah merupakan hal emergency, karena biasanya anakku selalu di jemput oleh salah seorang tetanggaku. Menunggu jam pulang sekolah, saya dan ibu-ibu berkumpul di teras masjid. Udara terasa tak bersahabat, kulit terasa kering di panggang matahari siang. Ketika aku bersandar di salah satu tiang teras masjid, terasa sepoi angin membelai tubuh, rasa ngantukpun rasanya tak bisa dielakkan. Kelopak mata terasa berat, jika ada suara teriakan dari salah seorang murid dari ruang kelas, maka serentak kami terbangun.

Masjid itu letaknya di depan sekolah. Sekolah dan masjid merupakan satu kesatuan usaha, yang dikelola oleh suatu yayasan yang berbasis Islam di Sengata. Lapangan parkirnya tidak begitu luas, tapi cukup representative jika ada pertemuan wali murid.

“Jangan minder jadi seorang ibu rumah tangga.” Aku mulai membuka pembicaraan.

Menunggu memang sebuah pekerjaan yang melelahkan. Menjemput anak di sekolah diperlukan management yang tepat, Bagi ibu-ibu yang berkarier di rumahnya, dipastikan setiap subuhnya sudah berlenggak lengok mengejar jam tayang urusan antar jemput anaknya sekolah.

“Aku nggak minder lho… Cuma waktu kerja dulu aku sempat mikir juga. Rasanya gajiku habis untuk bayarin pembantu!” Seorang ibu menimpali ucapanku.

“Saya sering bantuin suamiku jika dapat proyek dari kantornya. Kadang bantuin mengetik, atau seperti ini…” Dia memperlihatkan kertas karton yang sedang di guntingnya. Ibu ini bercerita sambil asyik dengan kegiatannya. Dengan tangkas dia menggunting dengan teliti logo-logo untuk persiapan MTQ yang akan di gunakan sebagai tanda peserta.

Aku tersenyum simpul dan bergumam sendiri :” Ibu ini ternyata mampu memanfaatkan waktunya. Menunggu anak sekaligus mengerjakan tugas suami.”

“Mana karton yang lainnya? Daripada ngantuk, lebih baik bantuin.” Ada yang berbaik hati, menawarkan bantuannya.

Ibu-ibu yang berkumpul ternyata cukup kreatif. Ada mempunyai anak 3 orang, 6 orang dan 2 orang. Berkumpul pada pagi Jum’at ini, membuat hati tersirami. Ada tempat saling curhat tentang kegiatan yang tak habisnya bila hanya di rumah.

“Bayarin pembantu sekarang mahal. Dulu aku bayarin pembantu Rp.500.000,- ditambah ongkos taksinya”.

“Jika ambil tukang setrika, mintanya Rp.350.000,- per bulan.” Yang lain mulai buka mulut.

“Tukang cucipun, nggak mau dibayar kurang dari Rp. 300.000,-.” Mulai ramai ibu-ibu itu menimpali pancinganku.

Terlihat suasana mulai hangat. Dari suasana ngantuk menjadi forum pertemuan informal membahas mahalnya bayaran kepada seorang pembantu rumah tangga.

Kotaku merupakan kota tambang. Merupakan hal yang biasa bagi kami untuk membayar gaji seorang pembantu di atas lima ratus ribu rupiah per bulannya. Kadang ada yang dibayar satu juta rupiah, tergantung jenis pekerjaan dan kesepakatan antara pembantu dan majikan. Mungkin bagi di daerah lain, itu merupakan gaji seorang administrasi di sebuah kantor.

“Kalau dihitung-hitung, berapa gaji kita sebagai ibu rumah tangga?” Seorang ibu berbicara dengan nada bersemangat. Membuat ibu-ibu lainnya tersenyum dan bahkan tertawa. Meriah sekali! Aku suka suasana ini. Bertemu untuk saling diskusi. Untuk berbagi unek-unek yang tersimpan. Apalagi yang diajak diskusi satu profesi. Hem! Pasti mereka saling memahami dan mensupport apapun yang disampaikan.
Ibu-ibu pada sibuk menghitung dan akhirnya tertawa serempak. Tak ada hasil hitungan yang pasti. Mereka hanya menjawab dengan gelak tawa. Memposisikan diri sebagai pembantu. Menilai gaji yang akan mereka terima setiap bulannya.

“Bagaimana bila kita minta gaji ke suami masing-masing.” Ada ibu yang mulai memancing suasana.

Tak ada yang menjawab, karena anak-anak mereka telah bubar dari kelas masing-masing. Mereka menghampiri ibunya masing-masing dan merengek untuk cepat pulang. Kami hanya bisa saling tukar senyum, sebagai pengganti penutup acara informal kami.
Ketika pulang, aku masih memikirkan perbincangan pagi itu. Jika di kalkulasi memang seorang ibu rumah tangga akan mendapatkan pendapatan yang lumayan. Jika rumahtangganya adalah kariernya untuk mendapatkan “materi” maka si ibu akan mendapatkan pendapatan yang lumayan.

Mungkin ibu-ibu itu hanya mengeluarkan unek-uneknya untuk bisa dihargai oleh suaminya ataupun lingkungannya. Bahwa pekerjaan seorang ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang tidak boleh di anggap remeh oleh siapapun.
Sebagai ibu rumah tangga yang muslimah, tentunya hitungan mendapatkan gaji sebagai ibu rumah tangga hanyalah sebuah “joke” untuk menyegarkan pikiran yang kadang buntu. Seringkali diharuskan pandai-pandai mengelola keuangan. Berapa pun yang diberikan oleh suami harus mampu mencukupi untuk kebutuhan rumah tangga selama sebulan.

Allah S.W.T telah menyediakan “gaji” bagi seorang ibu rumah tangga, Bila ia menjalankan pekerjaan rumah tangganya dengan ikhlas, maka sama saja dia menjalankan amal sholeh yang tidak putus-putusnya. Tentu saja bagiannya adalah “syurga”.

Sebuah hadits yang di riwayatkan oleh Aisyah : “ Beliau di tanya oleh seorang sahabat, amalan apa yang disukai oleh Allah? Maka di jawab oleh Aisyah bahwa amalan yang dikerjakan walaupun sedikit tapi dilakukan secara terus menerus”.

“Bila seorang wanita menjalankan sholat, puasa di bulan Ramadhan dan menyenangkan hati suaminya ( dalam kerangka syariat ) maka dia akan memasuki syurga dari pintu manapun yang dia sukai”. Begitulah salah satu hadits dari Rasulullah.

Semoga saya dan beserta ibu-ibu rumah tangga lainnya, diberikan oleh Allah S.W.T berupa kelapangan dada dan keikhlasan dalam menjalankan pekerjaan rumah tangga. Allahumma Amin.

Bayangkanlah...



Bayangkan….
Saat itu anda sedang berdiri di puncak sebuah gunung.
Udara sejuk menerpa sekeliling anda.
Anda melemparkan pandangan ke segala penjuru.
Posisi anda berada paling tinggi.
Anda merasa puas dan lega.
Namun, tiba-tiba anda memutuskan untuk turun dari gunung itu.
Jalan terjal anda lalui dan akhirnya anda berada di jalan menuju ke rumah anda.
Di depan pagar rumah, anda tertegun.
Anda melihat banyak orang memasuki halaman dan rumah anda.
Anda pun melangkah masuk ke dalam rumah.
Anda melihat banyak sekali orang di dalamnya, penuh sesak.
Terlihat istri/suami, anak-anak, sanak famili anda tengah menangis terisak melingkari sesosok tubuh terbujur kaku ditutupi kain.
Anda mendekati sosok itu.
Itu adalah diri anda sendiri. Tubuh anda terbujur kaku tak bergerak.
Anda telah meninggal dunia.
Tak lama setelah itu tubuh anda pun diangkat. Anda meronta ingin berkata-kata kepada mereka yang anda cintai bahwa anda tidak ingin diangkat. Anda masih ingin menikmati kehidupan ini.
Tapi anda tak berdaya. Dan mereka pun tak mendengar teriakan anda.
Anda pasrah.
Tubuh anda dibawa ke tempat peristirahatan terakhir. Perlahan-lahan tubuh anda dimasukkan ke liang lahat. Anda pun pasrah tak dapat berbuat apa pun. Saat pandangan mulai gelap. Mereka pun menimbun anda dengan tanah.
Saat itu anda pun tersadar bahwa kematian telah menjemput. Anda harus berpisah dengan mereka yang anda cintai.
Ada rasa sesal mendalam bahwa anda belumlah berbuat yang terbaik untuk mereka.
Anda merasa belum mencintai sepenuhnya suami/istri anda.
Anda belum meluangkan waktu yang cukup untuk anak-anak anda.
Anda belum berbuat yang terbaik untuk orang tua anda.
Anda belum berbuat yang terbaik buat orang-orang di sekeliling anda.
Tapi apa daya. Tubuh anda sudah terbujur kaku di dalam tanah yang gelap gulita. Mereka sudah berjalan meninggalkan pusara anda.
———-
Jangan sampai penyesalan itu anda alami.
Berbuatlah yang terbaik hari ini juga. Berbuatlah yang terbaik untuk suami/istri anda, untuk orang tua anda, untuk anak-anak anda, untuk masyarakat anda, untuk pekerjaan/bisnis, untuk agama anda hari ini juga. Sebelum terlambat.
———

Jumat, 01 Oktober 2010

Bala Tentara Belalang



2 Kisah shalat



Kisah ke-1:

Alkisah, sang pembela Islam Ali bin Abi Thalib tertancap mata panah di punggung saat pasukan Islam menggempur musuh.

Beliau sungguh kesakitan, dan tak ada cara lain kecuali mencabut mata panah itu.

Lalu dalam kesakitannya Ali bin Abi Thalib berkata, “cabut mata panah ini saat aku berdiri di rakat kedua..”

Lalu Beliau menunaikan shalat sunnah 2 rakaat. Pelan, tenang, tuma’ninah. Tak ada lagi tanda kesakitan di wajahnya yang tunduk khusyu’ Rakaat kedua tiba dan mereka mencabut anak panah itu. Tak ada tanda kesakitan. hanya darah segar yang mengalir deras. Luka segera diobati.

Setelah salam akhir shalat, sang pembela Islam ini bertanya, “Sudahkah dicabut mata panah tadi?”

Kisah ke-2 :

Syahdan Rasulullah SAW pernah bersabda kepada Bilal : Wahai Bilal, jadikan shalat sebagai tempat istirahat-mu



RENUNGAN :

Dari kisah ke-1, yakin tidak satupun kita mampu shalat hingga taraf khusyu’ seperti itu. Setidaknya kita bisa tahu bahwa khusyu’ kita belum sempurna sehingga (semoga) bisa menjadi lebih baik dari sekarang. Tentu saja ini hanya berlaku bagi si bening hati…

Dari kisah ke-2 : Yang saya rasakan, ruku’ yang lama itu menyegarkan, sujud yang lama itu menentramkan. Pada akhirnya, mudah dengan menjawab pertanyaan selesai shalat : adakah shalat yang barusan tadi menyegarkan kita? Bila jawabannya YA maka fungsi shalat selaku tempat istirahat terpenuhi. Bila jawabannya TIDAK ya berarti (mungkin) belum sampai taraf itu.

Di titik puncaknya, ini sesuai dengan seruan azan setiap subuh (as-shalah khoirum minan naum : shalat itu lebih baik dari tidur).Shalat yang khusyu’ menjamin kesegaran dan kebugaran setelah melakukannya. Lagipula, mana yang lebih indah selain dari beristirahat dibawah naungan teduh ridho-Nya.

Ya Allah, jadikan kami (aku dan pembaca) mampu khusyu’ dalam shalat-shalat kami

wassalam,

dishare dari http://suarahati.wordpress.com/2009/07/04/2-kisah-shalat/

Selasa, 28 September 2010

3 Makna Hari


Hari Yang Pertama : Hari Kemarin (Yesterday)

Anda tidak bisa mengubah apa pun yang terjadi.
Anda tidak bisa menarik perkataan yang telah diucapkan.
Anda tak mungkin lagi menghapus kesalahan.
Atau anda tak mungkin lagi mengulangi kegembiraan.

Jadi Biarkan saja hari kemarin lewat, lepaskan saja, Iklaskan saja semuanya yang terjadi.

**********************************************

Yang Kedua : Hari Esok (Future)

Hingga mentari esok hari terbit. anda tidak pernah tau apa yang akan terjadi.
Anda tak bisa melakukan apa2 untuk esok hari.
Anda mungkin ceria ataupun sedih di hari esok
Esok hari belum tiba; biarkan saja.

************************************************** *

Yang tersisa hanya ; hari ini (present)

Pintu masa lalu telah tertutup; Pintu masa depan pun belum terbuka. Pusatkan saja diri anda untuk hari ini.

Anda dapat bekerja lebih banyak untuk hari ini, bila anda memaafkan hari kemarin dan melepaskan ketakutan akan hari esok.
Karena masa lalu dan masa depan hanyalah permainan pikiran yang rumit.

Hiduplah apa adanya, karena yang ada hanya hari ini.

Perlakukan setiap orang dengan kebaikan hati dan rasa hormat meski mereka melakukan hal buruk pada anda.

Cintailah seseorang sepenuh hati hari ini, karena besok cerita mungkin berganti dan anda kehilangan kesempatan untuk itu.

Ingatlah :
Anda menghargai orang lain bukan karena siapa mereka tetapi karena siapa diri anda.

Jangan biarkan masa lalu mengekangmu atau masa depan membuatmu bingung,

Lakukan yang terbaik selalu ... dan selalu dan selalu lakukan yang terbaik untuk hari ini... karena hanya hari ini kita punya kesempatan untuk melakukannya.

sumber :http://aneh22.blogspot.com/

Kisah Biksu Tua dan Pencuri



Di sebuah kaki gunung terdapat sebuah biara kecil yang hanya dihuni seorang biksu tua. Biksu ini sangat tekun mengamalkan sila-sila yang diajarkan dalam Kitab Suci, sehingga sinar wajahnya terlihat tenang dan damai. Suatu malam, saat perjalanan pulang ke biaranya, sang biksu menatap sang bulan, “Ah, bulan purnama malam ini sungguh indah, terang benderang!”. Biksu itu berhenti sesaat menikmati indahnya sinar rembulan tersebut, kemudian ia melanjutkan perjalanannya.

Setiba di biara, biksu tua melihat bayangan yang bergerak kian kemari, “Eh, kok ada suara di dalam kuil? Di sini, khan hanya ada saya yang tinggal”, pikirnya heran. Setelah lebih mendekat, biksu melihat bayangan manusia, hatinya berkata, “Apa mungkin ada pencuri? Aduh, pencuri ini sungguh salah tempat. Saya adalah biksu miskin, mana ada barang untuknya?”

Setelah berpikir sejenak, biksu tua itu memutuskan menunggunya di depan pintu. Dibawah sinar bulan, pencuri itu mengendap-ngendap keluar, tentu kaget bukan kepalang melihat sang biksu telah berdiri di depannya, “Wa..aaah!”

Biksu tua menenangkannya, “Jangan takut, jangan takut !”. Pencuri ketakutan berkata, “Ssssaya tidak mengambil apa-apa! Sungguh tidak ambil apapun!”. Biksu tua menjawabnya, “Saya tahu, saya tahu”. Ketika si pencuri sedang berpikir apa yang akan diperbuat biksu kepadanya, tanpa disangka si biksu tua melepaskan mantel hangatnya dan memberikan kepada si pencuri, “Di atas gunung, udara amat dingin, kenakanlah mantel ini”. Sang pencuri berlalu sambil berkata, “In…iniiii … anda sendiri yang memberikan padaku lho ya!”

“Hati-hatilah di jalan!”, biksu memandang tubuh pencuri hilang di kegelapan malam. Saat membalikkan tubuh hendak masuk ke biara, biksu melihat sejenak ke arah rembulan, sambil menghela nafas dia berkata, “Hmmm, … ingin rasanya memberikan juga sebuah rembulan untuknya.”

Keesokan pagi, ketika sang biksu hendak keluar, di depan pintunya terdapat sebuah bungkusan. “Eei … bukankah ini mantelku?”, biksu ini keheranan lalu tersenyum bijak, “Nampaknya rembulan ini telah diterimanya, ha..ha..”.

Ternyata lewat tengah malam, pencuri ini mengembalikan mantel biksu ini, sambil menangis di depan pintu biara dan berkata, “Anda telah tua, udara sedingin ini pasti membutuhkan mantel ini tapi telah anda berikan pada saya, padahal mantel ini satu-satunya milik anda….ah…Terima kasih biksu, saya telah menerima hadiah yang terindah dari anda, mulai besok saya akan rajin bekerja dan tidak akan mencuri lagi….Saya akan meneruskan hadiah indah ini kepada yang lainnya!”.

Kisah Tiga Kakek Berjanggut Putih



Minggu pagi ini, cuaca sangat cerah. Ella sekeluarga juga berkumpul sambil menunggu ibu selesai memasak. Ayah yang sedang membaca koran, tiba-tiba merasakan Ella terdiam lama sambil memandang ke luar jendela, “Sayang kamu memandang apa di luar sana?” Ella mendekati ayahnya sambil menunjuk ke luar jendela, “Ayah, ada 3 orang kakek aneh berjenggot putih yang telah lama duduk di luar sana. “Benarkah?”, sahut ayah sambil melihat ke luar jendela sebentar, kemudian berjalan keluar rumah. Tak lama ibu dan Ella juga mengikuti.

Ayah lalu bertanya kepada ketiga kakek tua itu, “Kakek-kakek, mengapa kalian duduk di sini begitu lama? Apakah sedang menunggu seseorang?” Salah satu kakek menjawab, “Kami sedang melakukan perjalanan dan merasa sedikit lelah, oleh karena itu ingin beristirahat di sini sejenak.” Kemuadian ibu yang merasa iba terhadap para kakek tua itu, dengan senang hati mengundang mereka, “Mari silakan masuk ke dalam rumah kami. Istirahatlah sebentar sambil mencicipi makanan kecil yang baru saya buat.” Salah satu kakek itu menjawab, “Terima kasih banyak, akan tetapi kami tidak bisa bersamaan masuk ke dalam rumah kalian.” “Lho, mengapa?” tanya mereka bertiga serentak.

Kakek tertua menjelaskan, “Karena saya bernama Kasih Sayang, disamping saya bernama Kesuksesan dan Kekayaan, hanya salah satu dari kami yang bisa masuk ke dalam rumah kalian.” Maka akhirnya terjadi perbedaan pendapat diantara ayah, ibu dan Ella. Ibu memilih duluan, meminta kakek kekayaan untuk masuk ke rumah, karena dia berdiri disamping ibu. Sedangkan ayah cenderung memilih kakek kesuksesan, “Menurut saya, lebih baik kakek kesuksesan yang masuk ke dalam rumah kita.” Akan tetapi si Ella lebih suka memilih kakek yang tertua, “Ayah ibu, saya ingin kakek Kasih Sayang saja yang masuk ke rumah kita.”

Akhirnya mereka memutuskan mengikuti keinginan Ella. Ayah mempersilakan kakek Kasih Sayang untuk masuk ke rumah. Ketika kakek Kasih Sayang masuk kedalam rumah, kedua kakek lainnya juga ikut masuk. Ibu pun bertanya keheranan, “Lho, mengapa kalian bertiga jadi masuk bersamaan?”

Kakek Kekayaan berkata, “Jika kalian mengundang Kekayaan atau Kesuksesan, yang lainnya tentu tidak akan ikut masuk.” Si kakek Kesuksesan menyambung, ”Akan tetapi kalau kalian mengundang Kasih Sayang, kemanapun dia pergi, kami selalu akan mengikutinya.” Si kakek Kasih Sayang dengan bijak mengakhiri, “Karena dimana ada Kasih Sayang maka disana pasti ada Kekayaan dan Keberhasilan.”

Senin, 27 September 2010

Dengarkan Kisahku Dulu Ibu Sebelum Memutuskan Mengaborsiku


Melihat laporan jurnal kesehatan beberapa waktu lalu menyebutkan angka aborsi yang sangat tinggi dan memprihatinkan kita semua, dikutip ruanghati.com dari kantor berita Antara, angka aborsi tahun lalu pertahunnya mencapai hingga 2,5 kasus. Bayangkan 2,5 juta bakal manusia di hilangkan nyawanya, kesempatannya untuk menghirup udara segar menjadi manusia seutuhnya. Mengenaskan karena justru orang tua merkalah yang tidak menginginkan kehadiran buah hati mungil tersebut.

Mereka berhak untuk hidup, kenapa kau hilangkan haknya


Mereka berhak untuk hidup, kenapa kau hilangkan haknya

Lihat jutaan pasangan yang lama tidak dikaruniakan keturunan sangat merindukan buah hati hadir disisi mereka, disisi lain justru mereka yang oleh Tuhan dikaruniakan keturunan tega mematikan dan membunuh darah dagingnya sendiri. Semoga kita terhindar dari kekejian ini.
Wahai para ibu coba kau renungkan suara merdu nan polos dari dalam perutmu, mereka bersuara menyampaikan pesan ini untukmu, dengarkanlah ungkapan buah hatimu ini, darah dagingmu ini bunda tersayang, senandung mereka disuarakan waktu ke waktu,mari bunda kita renungkan.

di bulan pertama
Wahai Bunda, Aku memang hanya 3/4 inci saja panjangnya,tp aku sdh punya seluruh organ tubuh.
Aku suka suaramu.
Setiap kali aku mendengarnya,aku pasti menggerakkan tangan dan kakiku.
Suara detak jantungmu adalah lagu kesukaanku.

di bulan kedua
Duhai Ibuku tersayang, Hari ini aku belajar mengisap jariku, bila kamu bisa melihatku, Ibu pasti tau kalau aku adalah bayimu.
Aku memang blm cukup besar utk hidup diluar. Betapa nyaman dan hangat didalam sini, ibu.

di bulan ketiga
Tahukah bunda tentang nanda, aku anak laki2. Aku harap ibu bahagia karenanya.Aku selalu berharap ibu selalu bahagia.
Karena bila kamu sedih, akupun ikut sedih, dan akupun ikut menangis walaupun ibu tdk bisa mendengarnya.

di bulan keempat
Bundaku tersayang, rambutku mulai tumbuh, memang masih pendek dan halus tp akan tumbuh banyak sekali.
Aku telah berlatih lama sekali, sehingga aku bisa menengok, melipat dan meregangkan kaki dan tangan2ku. Aku menjadi ahli dalam hal2 itu.

di bulan kelima
Bundaku tercinta,kamu pergi ke dokter hari ini.
Tp ma, dia bohong kepadamu.Dia bilang kalau aku tidak ada.
TAPI AKU ADA!!!!!
MA.. DENGARLAH AKU, AKU BAYIMU!!
Mommy, apa itu ABORSI???

di bulan keenam
Aku bisa mendengar dokter itu lagi.
Aku tidak suka dia.Dia sangat tidak berperasaan.
Sesuatu datang mengancam rumahku.
Dokter2 itu bilang itu jarum.
Mommy apa itu??? TOLONG, AKU TERBAKAR!!
TOLONG HENTIKAN DIA!!
AKU TIDAK BiSA MELAWANNYA!!
MOMMY!! TOLOOOOONG!!!!!

di bulan ketujuh
Wahai bunda terkasih, aku baik2 saja.
Aku sudah bersama TUHAN, DIA MEMEGANG TANGANKU.
Dan dia telah memberitahuku apa itu aborsi..
Mengapa kamu tidak menginginkanku, Mommy?????

Tahukah kau Ibundaku apa yang terjadi
Satu jantung LAGI yg berhenti berdetak
Dua mata yg tidak dapat lagi melihat dunia
Dua tangan lagi yg TIDAK AKAN pernah memegang
Dua kaki LAGI yg tidak akan pernah bisa berlari dan berjalan
Satu mulut LAGI yg tidak akan pernah bisa berbicara
Pikirkanlah sebelum kau bertindak
dari anandamu yang mengasihimu



sumber http://wahw33d.blogspot.com/2010/09/dengarkan-kisahku-dulu-ibu-sebelum.html#ixzz10nhwD2IT

Rabu, 25 Agustus 2010

"Aku Mencintaimu Suamiku."




Cinta itu butuh kesabaran...



Sampai dimanakah kita harus bersabar menanti cinta kita???



Hari itu.. aku dengannya berkomitmen untuk menjaga cinta kita...



Aku menjadi perempuan yg paling bahagia...



Pernikahan kami sederhana namun meriah...



Ia menjadi pria yang sangat romantis pada waktu itu.



Aku bersyukur menikah dengan seorang pria yang shaleh, pintar, tampan & mapan pula.



Ketika kami berpacaran dia sudah sukses dalam karirnya.



Kami akan berbulan madu di tanah suci, itu janjinya ketika kami berpacaran dulu...



Dan setelah menikah, aku mengajaknya untuk umroh ke tanah suci...



Aku sangat bahagia dengannya, dan dianya juga sangat memanjakan aku... sangat terlihat dari rasa cinta dan rasa sayangnya pada ku.



Banyak orang yang bilang kami adalah pasangan yang serasi. Sangat terlihat sekali bagaimana suamiku memanjakanku. Dan aku bahagia menikah dengannya.



***



Lima tahun berlalu sudah kami menjadi suami istri, sangat tak terasa waktu begitu cepat berjalan walaupun kami hanya hidup berdua saja karena sampai saat ini aku belum bisa memberikannya seorang malaikat kecil (bayi) di tengah keharmonisan rumah tangga kami.



Karena dia anak lelaki satu-satunya dalam keluarganya, jadi aku harus berusaha untuk mendapatkan penerus generasi baginya.



Alhamdulillah saat itu suamiku mendukungku...



Ia mengaggap Allah belum mempercayai kami untuk menjaga titipan-NYA.



Tapi keluarganya mulai resah. Dari awal kami menikah, ibu & adiknya tidak menyukaiku. Aku sering mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari mereka, namun aku selalu berusaha menutupi hal itu dari suamiku...



Didepan suami ku mereka berlaku sangat baik padaku, tapi dibelakang suami ku, aku dihina-hina oleh mereka...



Pernah suatu ketika satu tahun usia pernikahan kami, suamiku mengalami kecelakaan, mobilnya hancur. Alhamdulillah suami ku selamat dari maut yang hampir membuat ku menjadi seorang janda itu.



Ia dirawat dirumah sakit pada saat dia belum sadarkan diri setelah kecelakaan. Aku selalu menemaninya siang & malam sambil kubacakan ayat-ayat suci Al – Qur'an. Aku sibuk bolak-balik dari rumah sakit dan dari tempat aku melakukan aktivitas sosial ku, aku sibuk mengurus suamiku yang sakit karena kecelakaan.



Namun saat ketika aku kembali ke rumah sakit setelah dari rumah kami, aku melihat didalam kamarnya ada ibu, adik-adiknya dan teman-teman suamiku, dan disaat itu juga.. aku melihat ada seorang wanita yang sangat akrab mengobrol dengan ibu mertuaku. Mereka tertawa menghibur suamiku.



Alhamdulillah suamiku ternyata sudah sadar, aku menangis ketika melihat suami ku sudah sadar, tapi aku tak boleh sedih di hadapannya.



Kubuka pintu yang tertutup rapat itu sambil mengatakan, "Assalammu'alaikum" dan mereka menjawab salam ku. Aku berdiam sejenak di depan pintu dan mereka semua melihatku. Suamiku menatapku penuh manja, mungkin ia kangen padaku karena sudah 5 hari mata nya selalu tertutup.



Tangannya melambai, mengisyaratkan aku untuk memegang tangannya erat. Setelah aku menghampirinya, kucium tangannya sambil berkata "Assalammu'alaikum", ia pun menjawab salam ku dengan suaranya yg lirih namun penuh dengan cinta. Aku pun senyum melihat wajahnya.



Lalu.. Ibu nya berbicara denganku ...



"Fis, kenalkan ini Desi teman Fikri".



Aku teringat cerita dari suamiku bahwa teman baiknya pernah mencintainya, perempuan itu bernama Desi dan dia sangat akrab dengan keluarga suamiku. Hingga akhirnya aku bertemu dengan orangnya juga. Aku pun langsung berjabat tangan dengannya, tak banyak aku bicara di dalam ruangan tersebut,aku tak mengerti apa yg mereka bicarakan.



Aku sibuk membersihkan & mengobati luka-luka di kepala suamiku, baru sebentar aku membersihkan mukanya, tiba-tiba adik ipar ku yang bernama Dian mengajakku keluar, ia minta ditemani ke kantin. Dan suamiku pun mengijinkannya. Kemudian aku pun menemaninya.



Tapi ketika di luar adik ipar ku berkata, "lebih baik kau pulang saja, ada kami yg menjaga abang disini. Kau istirahat saja. "



Anehnya, aku tak diperbolehkan berpamitan dengan suamiku dengan alasan abang harus banyak beristirahat dan karena psikologisnya masih labil. Aku berdebat dengannya mempertanyakan mengapa aku tidak diizinkan berpamitan dengan suamiku. Tapi tiba-tiba ibu mertuaku datang menghampiriku dan ia juga mengatakan hal yang sama. Nantinya dia akan memberi alasan pada suamiku mengapa aku pulang tak berpamitan padanya, toh suamiku selalu menurut apa kata ibunya, baik ibunya salah ataupun tidak, suamiku tetap saja membenarkannya. Akhirnya aku pun pergi meninggalkan rumah sakit itu dengan linangan air mata.



Sejak saat itu aku tidak pernah diijinkan menjenguk suamiku sampai ia kembali dari rumah sakit. Dan aku hanya bisa menangis dalam kesendirianku. Menangis mengapa mereka sangat membenciku.



***



Hari itu.. aku menangis tanpa sebab, yang ada di benakku aku takut kehilangannya, aku takut cintanya dibagi dengan yang lain.



Pagiitu, pada saat aku membersihkan pekarangan rumah kami, suamiku memanggil ku ke taman belakang, ia baru aja selesai sarapan, ia mengajakku duduk di ayunan favorit kami sambil melihat ikan-ikan yang bertaburan di kolam air mancur itu.



Aku bertanya, "Ada apa kamu memanggilku?"



Ia berkata, "Besok aku akan menjenguk keluargaku di Sabang"



Aku menjawab, "Ia sayang.. aku tahu, aku sudah mengemasi barang-barang kamu di travel bag dan kamu sudah memeegang tiket bukan?"



"Ya tapi aku tak akan lama disana, cuma 3 minggu aku disana, aku juga sudah lama tidak bertemu dengan keluarga besarku sejak kita menikah dan aku akan pulang dengan mama ku", jawabnya tegas.



"Mengapa baru sekarang bicara, aku pikir hanya seminggu saja kamu disana?", tanya ku balik kepadanya penuh dengan rasa penasaran dan sedikit rasa kecewa karena ia baru memberitahukan rencana kepulanggannya itu, padahal aku telah bersusah payah mencarikan tiket pesawat untuknya.



"Mama minta aku yang menemaninya saat pulang nanti", jawabnya tegas.



"Sekarang aku ingin seharian dengan kamu karena nanti kita 3 minggu tidak bertemu, ya kan?", lanjut nya lagi sambil memelukku dan mencium keningku. Hatiku sedih dengan keputusannya, tapi tak boleh aku tunjukkan padanya.



Bahagianya aku dimanja dengan suami yang penuh dengan rasa sayang & cintanya walau terkadang ia bersikap kurang adil terhadapku.



Aku hanya bisa tersenyum saja, padahal aku ingin bersama suamiku, tapi karena keluarganya tidak menyukaiku hanya karena mereka cemburu padaku karena suamiku sangat sayang padaku.



Kemudian aku memutuskan agar ia saja yang pergi dan kami juga harus berhemat dalam pengeluaran anggaran rumah tangga kami.



Karena ini acara sakral bagi keluarganya, jadi seluruh keluarganya harus komplit. Walaupun begitu, aku pun tetap tak akan diperdulikan oleh keluarganya harus datang ataupun tidak. Tidak hadir justru membuat mereka sangat senang dan aku pun tak mau membuat riuh keluarga ini.



Malam sebelum kepergiannya, aku menangis sambil membereskan keperluan yang akan dibawanya ke Sabang, ia menatapku dan menghapus air mata yang jatuh dipipiku, lalu aku peluk erat dirinya. Hati ini bergumam tak merelakan dia pergi seakan terjadi sesuatu, tapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Aku hanya bisa menangis karena akan ditinggal pergi olehnya.



Aku tidak pernah ditinggal pergi selama ini, karena kami selalu bersama-sama kemana pun ia pergi.



Apa mungkin aku sedih karena aku sendirian dan tidak memiliki teman, karena biasanya hanya pembantu sajalah teman mengobrolku.



Hati ini sedih akan di tinggal pergi olehnya.



Sampai keesokan harinya, aku terus menangis.. menangisi kepergiannya. Aku tak tahu mengapa sesedih ini, perasaanku tak enak, tapi aku tak boleh berburuk sangka. Aku harus percaya pada suamiku. Dia pasti akan selalu menelponku.



***



Berjauhan dengan suamiku, aku merasa sangat tidak nyaman, aku merasa sendiri. Untunglah aku mempunyai kesibukan sebagai seorang aktivis, jadinya aku tak terlalu kesepian ditinggal pergi ke Sabang.



Saat kami berhubungan jarak jauh, komunikasi kami memburuk dan aku pun jatuh sakit. Rahimku terasa sakit sekali seperti di lilit oleh tali. Tak tahan aku menahan rasa sakit dirahimku ini, sampai-sampai aku mengalami pendarahan. Aku dilarikan ke rumah sakit oleh adik laki-lakiku yang kebetulan menemaniku disana. Dokter memvonis aku terkena kanker mulut rahim stadium 3.



Aku menangis.. apa yang bisa aku banggakan lagi..



Mertuaku akan semakin menghinaku, suamiku yang malang yang selalu berharap akan punya keturunan dari rahimku.. namun aku tak bisa memberikannya keturunan. Dan kemudian aku hanya bisa memeluk adikku.



Aku kangen pada suamiku, aku selalu menunggu ia pulang dan bertanya-tanya, "kapankah ia segera pulang?" aku tak tahu..



Sementara suamiku disana, aku tidak tahu mengapa ia selalu marah-marah jika menelponku. Bagaimana aku akan menceritakan kondisiku jika ia selalu marah-marah terhadapku..



Lebih baik aku tutupi dulu tetang hal ini dan aku juga tak mau membuatnya khawatir selama ia berada di Sabang.



Lebih baik nanti saja ketika ia sudah pulang dari Sabang, aku akan cerita padanya. Setiap hari aku menanti suamiku pulang, hari demi hari aku hitung...



Sudah 3 minggu suamiku di Sabang, malam itu ketika aku sedang melihat foto-foto kami, ponselku berbunyi menandakan ada sms yang masuk.



Kubuka di inbox ponselku, ternyata dari suamiku yang sms.



Ia menulis, "aku sudah beli tiket untuk pulang, aku pulangnya satu hari lagi, aku akan kabarin lagi".



Hanya itu saja yang diinfokannya. Aku ingin marah, tapi aku pendam saja ego yang tidak baik ini. Hari yg aku tunggu pun tiba, aku menantinya dirumah.



Sebagai seorang istri, aku pun berdandan yang cantik dan memakai parfum kesukaannya untuk menyambut suamiku pulang, dan nantinya aku juga akan menyelesaikan masalah komunikasi kami yang buruk akhir-akhir ini.



Bel pun berbunyi, kubukakan pintu untuknya dan ia pun mengucap salam. Sebelum masuk, aku pegang tangannya kedepan teras namun ia tetap berdiri, aku membungkuk untuk melepaskan sepatu, kaos kaki dan kucuci kedua kakinya, aku tak mau ada syaithan yang masuk ke dalam rumah kami.



Setelah itu akupun berdiri langsung mencium tangannya tapi apa reaksinya..



MasyaAllah.. ia tidak mencium keningku, ia hanya diam dan langsung naik keruangan atas, kemudian mandi dan tidur tanpa bertanya kabarku..



Aku hanya berpikir, mungkin dia capek. Aku pun segera merapikan bawaannya sampai aku pun tertidur. Malam menunjukkan 1/3 malam, mengingatkan aku pada tempat mengadu yaitu Allah, Sang Maha Pencipta.



Biasanya kami selalu berjama'ah, tapi karena melihat nya tidur sangat pulas, aku tak tega membangunkannya. Aku hanya mengeelus wajahnya dan aku cium keningnya, lalu aku sholat tahajud 8 rakaat plus witir 3 raka'at.



***



Aku mendengar suara mobilnya, aku terbangun lalu aku melihat dirinya dari balkon kamar kami yang bersiap-siap untuk pergi. Lalu aku memanggilnya tapi ia tak mendengar. Kemudian aku ambil jilbabku dan aku berlari dariatas ke bawah tanpa memperdulikan darah yg bercecer dari rahimku untuk mengejarnya tapi ia begitu cepat pergi.



Aku merasa ada yang aneh dengan suamiku. Ada apa dengan suamiku? Mengapa ia bersikap tidak biasa terhadapku?



Aku tidak bisa diam begitu saja, firasatku mengatakan ada sesuatu. Saat itu juga aku langsung menelpon kerumah mertuaku dan kebetulan Dian yang mengangkat telponnya, aku bercerita dan aku bertanya apa yang sedang terjadi dengan suamiku. Dengan enteng ia menjawab, "Loe pikir ajasendiri!!!". Telpon pun langsung terputus.



Ada apa ini? Tanya hatiku penuh dalam kecemasan. Mengapa suamiku berubah setelah ia kembali dari kota kelahirannya. Mengapa ia tak mau berbicara padaku, apalagi memanjakan aku.



Semakin hari ia menjadi orang yang pendiam, seakan ia telah melepas tanggung jawabnya sebagai seorang suami. Kami hanya berbicara seperlunya saja, aku selalu diintrogasinya. Selalu bertanya aku dari mana dan mengapa pulang terlambat dan ia bertanya dengan nada yg keras. Suamiku telah berubah.



Bahkan yang membuat ku kaget, aku pernah dituduhnya berzina dengan mantan pacarku. Ingin rasanya aku menampar suamiku yang telah menuduhku serendah itu, tapi aku selalu ingat.. sebagaimana pun salahnya seorang suami, status suami tetap di atas para istri, itu pedoman yang aku pegang.



Aku hanya berdo'a semoga suamiku sadar akan prilakunya.



***



Dua tahun berlalu, suamiku tak kunjung berubah juga. Aku menangis setiap malam, lelah menanti seperti ini, kami seperti orang asing yang baru saja berkenalan.



Kemesraan yang kami ciptakan dulu telah sirna. Walaupun kondisinya tetap seperti itu, aku tetap merawatnya & menyiapkan segala yang ia perlukan. Penyakitku pun masih aku simpan dengan baik dan sekalipun ia tak pernah bertanya perihal obat apa yang aku minum. Kebahagiaan ku telah sirna, harapan menjadi ibu pun telah aku pendam. Aku tak tahu kapan ini semua akan berakhir.



Bersyukurlah.. Aku punya penghasilan sendiri dari aktifitasku sebagai seorang guru ngaji, jadi aku tak perlu meminta uang padanya hanya untuk pengobatan kankerku. Aku pun hanya berobat semampuku.



Sungguh.. Suami yang dulu aku puja dan aku banggakan, sekarang telah menjadi orang asing bagiku, setiap aku bertanya ia selalu menyuruhku untuk berpikir sendiri. Tiba-tiba saja malam itu setelah makan malam usai, suamiku memanggilku.



"Ya, ada apa Yah!" sahutku dengan memanggil nama kesayangannya "Ayah".



"Lusa kita siap-siap ke Sabang ya." Jawabnya tegas.



"Ada apa? Mengapa?", sahutku penuh dengan keheranan.



Astaghfirullah.. Suami ku yang dulu lembut tiba-tiba saja menjadi kasar, dia membentakku. Sehingga tak ada lagi kelanjutan diskusi antara kami.



Dia mengatakan "Kau ikut saja jangan banyak tanya!!"



Lalu aku pun bersegera mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke Sabang sambil menangis, sedih karena suamiku kini tak ku kenal lagi.



Dua tahun pacaran, lima tahun kami menikah dan sudah 2 tahun pula ia menjadi orang asing buatku. Ku lihat kamar kami yg dulu hangat penuh cinta yang dihiasi foto pernikahan kami, sekarang menjadi dingin.. Sangat dingin dari batu es. Aku menangis dengan kebingungan ini. Ingin rasanya aku berontak berteriak, tapi aku tak bisa.



Suamiku tak suka dengan wanita yang kasar, ngomong dengan nada tinggi, suka membanting barang-barang. Dia bilang perbuatan itu menunjukkan sikap ketidakhormatan kepadanya. Aku hanya bisa bersabar menantinya bicara dan sabar mengobati penyakitku ini, dalam kesendirianku..



***



Kami telah sampai di Sabang, aku masih merasa lelah karena semalaman aku tidak tidur karena terus berpikir. Keluarga besarnya juga telah berkumpul disana, termasuk ibu & adik-adiknya. Aku tidak tahu ada acara apa ini..



Aku dan suamiku pun masuk ke kamar kami. Suamiku tak betah didalam kamar tua itu, ia pun langsung keluar bergabung dengan keluarga besarnya.



Baru saja aku membongkar koper kami dan ingin memasukkannya ke dalam lemari tua yang berada di dekat pintu kamar, lemari tua yang telah ada sebelum suamiku lahir. Tiba-tiba Tante Lia, tante yang sangat baik padaku memanggil ku untuk bersegera berkumpul diruang tengah, aku pun menuju ke ruang keluarga yang berada ditengah rumah besar itu, yang tampak seperti rumah zaman peninggalan belanda.



Kemudian aku duduk disamping suamiku, dan suamiku menunduk penuh dengan kebisuan, aku tak berani bertanya padanya.



Tiba-tiba saja neneknya, orang yang dianggap paling tua dan paling berhak atas semuanya, membuka pembicaraan.



"Baiklah, karena kalian telah berkumpul, nenek ingin bicara dengan kau Fisha". Neneknya berbicara sangat tegas, dengan sorot mata yang tajam.



"Ada apa ya Nek?" sahutku dengan penuh tanya..



Nenek pun menjawab, "Kau telah bergabung dengan keluarga kami hampir 8 tahun, sampai saat ini kami tak melihat tanda-tanda kehamilan yang sempurna sebab selama ini kau selalu keguguran!!".



Aku menangis.. Untuk inikah aku diundang kemari? Untuk dihina ataukah dipisahkan dengan suamiku?



"Sebenarnya kami sudah punya calon untuk Fikri, dari dulu.. Sebelum kau menikah dengannya. Tapi Fikri anak yang keras kepala, tak mau di atur,dan akhirnya menikahlah ia dengan kau." Neneknya berbicara sangat lantang, mungkin logat orang Sabang seperti itu semua.



Aku hanya bisa tersenyum dan melihat wajah suamiku yang kosong matanya.



"Dan aku dengar dari ibu mertuamu kau pun sudah berkenalan dengannya", neneknya masih melanjutkan pembicaraan itu.



Sedangkan suamiku hanya terdiam saja, tapi aku lihat air matanya. Ingin aku peluk suamiku agar ia kuat dengan semua ini, tapi aku tak punya keberanian untuk itu.



Neneknya masih saja berbicara panjang lebar dan yang terakhir dari ucapannya dengan mimik wajah yang sangat menantang kemudian berkata, "kau maunya gimana? kau dimadu atau diceraikan?"



MasyaAllah.. Kuatkan hati ini.. Aku ingin jatuh pingsan. Hati ini seakan remuk mendengarnya, hancur hatiku. Mengapa keluarganya bersikap seperti ini terhadapku..



Aku selalu munutupi masalah ini dari kedua orang tuaku yang tinggal di pulau kayu, mereka mengira aku sangat bahagia 2 tahun belakangan ini.



"Fish, jawab!." Dengan tegas Ibunya langsung memintaku untuk menjawab.



Aku langsung memegang tangan suamiku. Dengan tangan yang dingin dan gemetar aku menjawab dengan tegas.



"Walaupun aku tidak bisa berdiskusi dulu dengan imamku, tapi aku dapat berdiskusi dengannya melalui bathiniah, untuk kebaikan dan masa depan keluarga ini, aku akan menyambut baik seorang wanita baru dirumah kami."



Itu yang aku jawab, dengan kata lain aku rela cintaku dibagi. Dan pada saat itu juga suamiku memandangku dengan tetesan air mata, tapi air mataku tak sedikit pun menetes di hadapan mereka.



Aku lalu bertanya kepada suamiku, "Ayah siapakah yang akan menjadi sahabatku dirumah kita nanti, yah?"



Suamiku menjawab, "Dia Desi!"



Akupun langsung menarik napas dan langsung berbicara, "Kapan pernikahannya berlangsung? Apa yang harus saya siapkan dalam pernikahan ini Nek?."



Ayah mertuaku menjawab, "Pernikahannya 2 minggu lagi."



"Baiklah kalo begitu saya akan menelpon pembantu di rumah, untuk menyuruhnya mengurus KK kami ke kelurahan besok", setelah berbicara seperti itu aku permisi untuk pamit ke kamar.



Tak tahan lagi.. Air mata ini akan turun, aku berjalan sangat cepat, aku buka pintu kamar dan aku langsung duduk di tempat tidur. Ingin berteriak, tapi aku sendiri disini. Tak kuat rasanya menerima hal ini, cintaku telah dibagi. Sakit.. Diiringi akutnya penyakitku..



Apakah karena ini suamiku menjadi orang yang asing selama 2 tahun belakangan ini?



Aku berjalan menuju ke meja rias, kubuka jilbabku, aku bercermin sambil bertanya-tanya, "sudah tidak cantikkah aku ini?"



Kuambil sisirku, aku menyisiri rambutku yang setiap hari rontok. Kulihat wajahku, ternyata aku memang sudah tidak cantik lagi, rambutku sudah hampir habis.. kepalaku sudah botak dibagian tengahnya.



Tiba-tiba pintu kamar ini terbuka, ternyata suamiku yang datang, ia berdiri dibelakangku. Tak kuhapus air mata ini, aku bersegera memandangnya dari cermin meja rias itu.



Kami diam sejenak, lalu aku mulai pembicaraan, "terima kasih ayah, kamu memberi sahabat kepada ku. Jadi aku tak perlu sedih lagi saat ditinggal pergi kamu nanti! Iya kan?."



Suamiku mengangguk sambil melihat kepalaku tapi tak sedikitpun ia tersenyum dan bertanya kenapa rambutku rontok, dia hanya mengatakan jangan salah memakai shampo.



Dalam hatiku bertanya, "mengapa ia sangat cuek?" dan ia sudah tak memanjakanku lagi. Lalu dia berkata, "sudah malam, kita istirahat yuk!"



"Aku sholat isya dulu baru aku tidur", jawabku tenang.



Dalam sholat dan dalam tidur aku menangis. Ku hitung mundur waktu, kapan aku akan berbagi suami dengannya. Aku pun ikut sibuk mengurusi pernikahan suamiku.



Aku tak tahu kalau Desi orang Sabang juga. Sudahlah, ini mungkin takdirku. Aku ingin suamiku kembali seperti dulu,yang sangat memanjakan aku atas rasa sayang dan cintanya itu.



***



Malam sebelum hari pernikahan suamiku, aku menulis curahan hatiku di laptopku.



Dilaptop aku menulis saat-saat terakhirku melihat suamiku, aku marah pada suamiku yang telah menelantarkanku. Aku menangis melihat suamiku yang sedang tidur pulas, apa salahku? sampai ia berlaku sekejam itu kepadaku. Aku save di My Document yang bertitle"Aku Mencintaimu Suamiku."



Hari pernikahan telah tiba, aku telah siap, tapi aku tak sanggup untuk keluar. Aku berdiri didekat jendela, aku melihat matahari, karena mungkin saja aku takkan bisa melihat sinarnya lagi. Aku berdiri sangat lama.. lalu suamiku yang telah siap dengan pakaian pengantinnya masuk dan berbicara padaku.



"Apakah kamu sudah siap?"



Kuhapus airmata yang menetes diwajahku sambil berkata :



"Nanti jika ia telah sah jadi istrimu, ketika kamu membawa ia masuk kedalam rumah ini, cucilah kakinya sebagaimana kamu mencuci kakiku dulu, lalu ketika kalian masuk ke dalam kamar pengantin bacakan do'a diubun-ubunnya sebagaimana yang kamu lakukan padaku dulu. Lalu setelah itu..", perkataanku terhenti karena tak sanggup aku meneruskan pembicaraan itu, aku ingin menagis meledak.



Tiba-tiba suamiku menjawab"Lalu apa Bunda?"



Aku kaget mendengar kata itu, yang tadinya aku menunduk seketika aku langsung menatapnya dengan mata yang berbinar-binar...



"Bisa kamu ulangi apa yang kamu ucapkan barusan?", pintaku tuk menyakini bahwa kuping ini tidak salah mendengar.



Dia mengangguk dan berkata, "Baik bunda akan ayah ulangi, lalu apa bunda?", sambil ia mengelus wajah dan menghapus air mataku, dia agak sedikit membungkuk karena dia sangat tinggi, aku hanya sedadanya saja.



Dia tersenyum sambil berkata, "Kita liat saja nanti ya!". Dia memelukku dan berkata,"Bunda adalah wanita yang paling kuat yang ayah temui selain mama".



Kemudian ia mencium keningku, aku langsung memeluknya erat dan berkata, "Ayah, apakah ini akan segera berakhir? Ayah kemana saja? Mengapa Ayah berubah? Aku kangen sama Ayah? Aku kangen belaian kasih sayang Ayah? Aku kangen dengan manjanya Ayah? Aku kesepian Ayah? Dan satu hal lagi yang harus Ayah tau, bahwa aku tidak pernah berzinah! Dulu.. Waktu awal kita pacaran, aku memang belum bisa melupakannya, setelah 4 bulan bersama Ayah baru bisa aku terima, jika yang dihadapanku itu adalah lelaki yang aku cari. Bukan berarti aku pernah berzina Ayah." Aku langsung bersujud di kakinya dan muncium kaki imamku sambil berkata, "Aku minta maaf Ayah, telah membuatmu susah".



Saat itu juga, diangkatnya badanku.. Ia hanya menangis.



Ia memelukku sangat lama, 2 tahun aku menanti dirinya kembali. Tiba-tiba perutku sakit, ia menyadari bahwa ada yang tidak beres denganku dan ia bertanya, "bunda baik-baik saja kan?" tanyanya dengan penuh khawatir.



Aku pun menjawab, "bisa memeluk dan melihat kamu kembali seperti dulu itu sudah mebuatku baik, Yah. Aku hanya tak bisa bicara sekarang". Karena dia akan menikah. Aku tak mau membuat dia khawatir. Dia harus khusyu menjalani acara prosesi akad nikah tersebut.



***



Setelah tiba di masjid, ijab-qabul pun dimulai. Aku duduk diseberang suamiku.



Aku melihat suamiku duduk berdampingan dengan perempuan itu, membuat hatiini cemburu, ingin berteriak mengatakan, "Ayah jangan!!", tapi aku ingat akan kondisiku.



Jantung ini berdebar kencang saat mendengar ijab-qabul tersebut. Begitu ijab-qabul selesai, aku menarik napas panjang. Tante Lia, tante yang baik itu, memelukku. Dalam hati aku berusaha untuk menguatkan hati ini. Ya... Aku kuat.



Tak sanggup aku melihat mereka duduk bersanding di pelaminan. Orang-orang yang hadir di acara resepsi itu iba melihatku, mereka melihatku dengan tatapan sangat aneh, mungkin melihat wajahku yang selalu tersenyum, tapi dibalik itu.. Hatiku menangis.



Sampai dirumah, suamiku langsung masuk ke dalam rumah begitu saja. Tak mencuci kakinya. Aku sangat heran dengan perilakunya. Apa iya, dia tidak suka dengan pernikahan ini?



Sementara itu Desi disambut hangat di dalam keluarga suamiku, tak seperti aku dahulu, yang di musuhi.



Malam ini aku tak bisa tidur, bagaimana bisa? Suamiku akan tidur dengan perempuan yang sangat aku cemburui. Aku tak tahu apa yang sedang mereka lakukan didalam sana.



Sepertiga malam pada saat aku ingin sholat lail aku keluar untuk berwudhu, lalu aku melihat ada lelaki yang mirip suamiku tidur disofa ruang tengah. Kudekati lalu kulihat. MasyaAllah.. Suamiku tak tidur dengan wanita itu, ia ternyata tidur disofa, aku duduk disofa itu sambil menghelus wajahnya yang lelah, tiba-tiba ia memegang tangan kiriku, tentu saja aku kaget.



"Kamu datang ke sini, aku pun tahu", ia berkata seperti itu. Aku tersenyum dan megajaknya sholat lail. Setelah sholat lail ia berkata, "Maafkan aku, aku tak boleh menyakitimu, kamu menderita karena ego nya aku. Besok kita pulang ke Jakarta, biar Desi pulang dengan mama, papa dan juga adik-adikku"



Aku menatapnya dengan penuh keheranan. Tapi ia langsung mengajakku untuk istirahat. Saat tidur ia memelukku sangat erat. Aku tersenyum saja, sudah lama ini tidak terjadi.Ya Allah.. Apakah Engkau akan menyuruh malaikat maut untuk mengambil nyawaku sekarang ini, karena aku telah merasakan kehadirannya saat ini. Tapi.. Masih bisakah engkau ijinkan aku untuk merasakan kehangatan dari suamiku yang telah hilang selama 2 tahun ini..



Suamiku berbisik, "Bunda kok kurus?"



Aku menangis dalam kebisuan. Pelukannya masih bisa aku rasakan.



Aku pun berkata, "Ayah kenapa tidak tidur dengan Desi?"



"Aku kangen sama kamu Bunda, aku tak mau menyakitimu lagi. Kamu sudah sering terluka oleh sikapku yang egois." Dengan lembut suamiku menjawab seperti itu.



Lalu suamiku berkata, "Bun, ayah minta maaftelah menelantarkan bunda.. Selama ayah di Sabang, ayah dengar kalau bunda tidak tulus mencintai ayah, bunda seperti mengejar sesuatu, seperti mengejar harta ayah dan satu lagi.. Ayah pernah melihat SMS bunda dengan mantan pacar bunda dimana isinya kalau bunda gak mau berbuat "Seperti itu" dan tulisan seperti itu diberi tanda kutip ("seperti itu"). Ayah ingin ngomong tapi takut bunda tersinggung dan ayah berpikir kalau bunda pernah tidur dengannya sebelum bunda bertemu ayah, terus ayah dimarahi oleh keluarga ayah karena ayah terlalu memanjakan bunda"



Hati ini sakit ketika difitnah oleh suamiku, ketika tidak ada kepercayaan di dirinya, hanya karena omongan keluarganya yang tidak pernah melihat Betapa tulusnya aku mencintai pasangan seumur hidupku ini.



Aku hanya menjawab, "Aku sudah ceritakan itu kan Yah. Aku tidak pernah berzinah dan aku mencintaimu setulus hatiku, jika aku hanya mengejar hartamu, mengapa aku memilih kamu? Padahal banyak lelaki yang lebih mapan darimu waktu itu Yah. Jika aku hanya mengejar hartamu, aku tak mungkin setiap hari menangis karena menderita mencintaimu."



Entah aku harus bahagia atau aku harus sedih karena sahabatku sendirian dikamar pengantin itu. Malam itu, aku menyelesaikan masalahku dengan suamiku dan berusaha memaafkannya beserta sikap keluarganya juga.



Karena aku tak mau mati dalam hati yang penuh dengan rasa benci.



***



Keesokan harinya...



Ketika aku ingin terbangun untuk mengambil wudhu, kepalaku pusing, rahimku sakit sekali.. aku mengalami pendarahan dan suamiku kaget bukan main, ia langsung menggendongku.



Aku pun dilarikan ke rumah sakit..



Dari kejauhan aku mendengar suara zikir suamiku..



Aku merasakan tanganku basah..



Ketika kubuka mata ini, kulihat wajah suamiku penuh dengan rasa kekhawatiran.



Ia menggenggam tanganku dengan erat.. Dan mengatakan,"Bunda, Ayah minta maaf..."



Berkali-kali ia mengucapkan hal itu. Dalam hatiku, apa ia tahu apa yang terjadi padaku?



Aku berkata dengan suara yang lirih, "Yah, bunda ingin pulang.. bunda ingin bertemu kedua orang tua bunda, anterin bunda kesana ya, Yah.."



"Ayah jangan berubah lagi ya! Janji ya, Yah... !!! Bunda sayang banget sama Ayah."



Tiba-tiba saja kakiku sakit sangat sakit, sakitnya semakin keatas, kakiku sudah tak bisa bergerak lagi.. aku tak kuat lagi memegang tangan suamiku. Kulihat wajahnya yang tampan, berlinang air mata.



Sebelum mata ini tertutup, kulafazkan kalimat syahadat dan ditutup dengan kalimat tahlil.



Aku bahagia melihat suamiku punya pengganti diriku..



Aku bahagia selalu melayaninya dalam suka dan duka..



Menemaninya dalam ketika ia mengalami kesulitan dari kami pacaran sampai kami menikah.



Aku bahagia bersuamikan dia. Dia adalah nafasku.



Untuk Ibu mertuaku :
"Maafkan aku telah hadir didalam kehidupan anakmu sampai aku hidup didalam hati anakmu, ketahuilah Ma.. Dari dulu aku selalu berdo'a agar Mama merestui hubungan kami. Mengapa engkau fitnah diriku didepan suamiku, apa engkau punya buktinya Ma? Mengapa engkau sangat cemburu padaku Ma? Fikri tetap milikmu Ma, aku tak pernah menyuruhnya untuk durhaka kepadamu, dari dulu aku selalu mengerti apa yang kamu inginkan dari anakmu, tapi mengapa kau benci diriku. Dengan Desi kau sangat baik tetapi denganku menantumu kau bersikap sebaliknya."



***



Setelah ku buka laptop, kubaca curhatan istriku.



=====================================================





Ayah, mengapa keluargamu sangat membenciku?

Aku dihina oleh mereka ayah.

Mengapa mereka bisa baik terhadapku pada saat ada dirimu?

Pernah suatu ketika aku bertemu Dian di jalan, aku menegurnya karena dia adik iparku tapi aku disambut dengan wajah ketidaksukaannya. Sangat terlihat Ayah..

Tapi ketika engkau bersamaku, Dian sangat baik, sangat manis dan ia memanggilku dengan panggilan yang sangat menghormatiku. Mengapa seperti itu ayah?

Aku tak bisa berbicara tentang ini padamu, karena aku tahu kamu pasti membela adikmu, tak ada gunanya Yah..

Aku diusir dari rumah sakit.

Aku tak boleh merawat suamiku.

Aku cemburu pada Desi yang sangat akrab dengan mertuaku.

Tiap hari ia datang ke rumah sakit bersama mertuaku.

Aku sangat marah..

Jika aku membicarakan hal ini pada suamiku, ia akan pasti membela Desi dan ibunya..

Aku tak mau sakit hati lagi.

Ya Allah kuatkan aku, maafkan aku..

Engkau Maha Adil..

Berilah keadilan ini padaku, Ya Allah..

Ayah sudah berubah, ayah sudah tak sayang lagi pada ku..

Aku berusaha untuk mandiri ayah, aku tak akan bermanja-manja lagi padamu..

Aku kuat ayah dalam kesakitan ini..

Lihatlah ayah, aku kuat walaupun penyakit kanker ini terus menyerangku..

Aku bisa melakukan ini semua sendiri ayah..

Besok suamiku akan menikah dengan perempuan itu.

Perempuan yang aku benci, yang aku cemburui.

Tapi aku tak boleh egois, ini untuk kebahagian keluarga suamiku.

Aku harus sadar diri.

Ayah, sebenarnya aku tak mau diduakan olehmu.

Mengapa harus Desi yang menjadi sahabatku?

Ayah.. aku masih tak rela.

Tapi aku harus ikhlas menerimanya.

Pagi nanti suamiku melangsungkan pernikahan keduanya.

Semoga saja aku masih punya waktu untuk melihatnya tersenyum untukku.

Aku ingin sekali merasakan kasih sayangnya yang terakhir.

Sebelum ajal ini menjemputku.

Ayah.. aku kangen ayah..

=====================================================



Dan kini aku telah membawamu ke orang tuamu, Bunda..

Aku akan mengunjungimu sebulan sekali bersama Desi di Pulau Kayu ini.

Aku akan selalu membawakanmu bunga mawar yang berwana pink yang mencerminkan keceriaan hatimu yang sakit tertusuk duri.

Bunda tetap cantik, selalu tersenyum disaat tidur.

Bunda akan selalu hidup dihati ayah.

Bunda.. Desi tak sepertimu, yang tidak pernah marah..

Desi sangat berbeda denganmu, ia tak pernah membersihkan telingaku, rambutku tak pernah di creambathnya, kakiku pun tak pernah dicucinya.

Ayah menyesal telah menelantarkanmu selama 2 tahun, kamu sakit pun aku tak perduli, hidup dalam kesendirianmu..

Seandainya Ayah tak menelantarkan Bunda, mungkin ayah masih bisa tidur dengan belaian tangan Bunda yang halus.

Sekarang Ayah sadar, bahwa ayah sangat membutuhkan bunda..

Bunda, kamu wanita yang paling tegar yang pernah kutemui.

Aku menyesal telah asik dalam ke-egoanku..

Bunda.. Maafkan aku.. Bunda tidur tetap manis. Senyum manjamu terlihat di tidurmu yang panjang.

Maafkan aku, tak bisa bersikap adil dan membahagiakanmu, aku selalu meng-iyakanapa kata ibuku, karena aku takut menjadi anak durhaka. Maafkan aku ketika kau di fitnah oleh keluargaku, aku percaya begitu saja.

Apakah Bunda akan mendapat pengganti ayah di surga sana?

Apakah Bunda tetap menanti ayah disana? Tetap setia dialam sana?

Tunggulah Ayah disana Bunda..

Bisakan? Seperti Bunda menunggu ayah di sini.. Aku mohon..

Ayah Sayang Bunda..

***