Selasa, 02 November 2010

Pilih Senang atau Bahagia?



Kalau saya, pilih dua-duanya. Senang dan bahagia. Tapi kebanyakan kita terjebak pada kesenangan semata. Kesenangan sifatnya sejenak, tidak tahan lama. Kesenangan dinikmati oleh lima panca indera kita; mulai dari makanan yang lezat, film yang mempesona, musik yang indah sampai mobil yang aduhai. Tidak ada yang salah dengan kesenangan. Namun, perlu disadari bahwa kesenangan itu cepat berlalu.
Selesai makan yang lezat, tamatlah kesenangan sampai di situ. Selesai menonton konser jazz Chick Corea yang fantastis, jadilah semua itu tinggal kenangan. Begitu mobil baru kita tergores sedikit catnya, bertukarlah kesenangan itu menjadi kekecewaan bahkan umpatan. Namun lain ceritanya dengan kebahagiaan. Kebahagiaan adalah bahan dasar dari kesenangan.
Kesenangan berasal dari sesuatu di luar diri kita. Sedangkan kebahagiaan lahir dari dalam diri kita sendiri.Kebahagiaan hadir seijin kita, artinya ia muncul hasil dari pilihan-pilihan yang kita buat. Kita memutuskan untuk bahagia. Kebahagian adalah tindakan yang disengaja. Ada sebuah keluarga yang penuh gelak tawa saat menikmati hidangan sangat sederhana di gubuk mereka yang reyot dan sempit. Mereka “memutuskan” untuk bahagia. Namun, ada keluarga yang begitu nelangsa di restoran yang mewah dengan makanan serba nikmat tersaji lantaran terlalu lama menunggu. Mereka “memilih” untuk senang tapi tidak bahagia. Ada seorang pejabat yang sampai saat tidak mau menunggui rumah barunya yang mewah lantaran takut diselidiki oleh KPK. Ia senang dengan rumah barunya tapi “memutuskan” untuk takut dan tidak bahagia.
Saat menghadiri buka puasa bersama anak yatim, saya mendengar percakapan antara dua anak yang begitu terkejut dengan hidangan yang disajikan. “Wah, ada ayam goreng lho!”, serunya takjub kepada temannya. Mereka begitu senang dan bersyukur dengan hidangan itu. Padahal “cuma” ayam goreng. Ayam goreng yang oleh “orang kaya” dianggap menu biasa dan tidak perlu disyukuri. Ada orang yang tetap bahagia meskipun tengah menderita kemalangan. Dari luar, hidup mereka nampak tidak menyenangkan, tapi sejatinya mereka puas dan mensyukuri hidup ini. Sebaliknya, banyak orang yang dikelilingi oleh kesenangan pribadi: mobil mewah, rumah bagus, pakaian indah, tapi tidak merasakan kebahagiaan dalam dirinya. Angelina Jolie dan Brad Pitt kurang apanya coba? Tapi kenapa harus berpisah lantaranan persoalan yang menurut saya pastilah tidak prinsipil dan hanya demi ego masing-masing saja?
Ternyata, benar bahwa kebahagiaan itu adalah pilihan. Kitalah yang memilih untuk bahagia. Bahagia yang tanpa syarat dan kondisi. Kita bisa bahagia di kala hujan atau kemarau. Kita bisa bahagia di kala diberi nikmat atau ujian. Kita tidak bisa mengendalikan kehidupan di luar diri kita. Kita punya pilihan untuk menentukan respon terhadap stimulus yang datang, kata Stephen Covey. Masalah yang berat akan selalu datang menghampiri. Justru dari situlah kita diuji untuk naik levelnya. Ken Blanchard mengatakan bahwa kekuatan diri dan karakter kita justru muncul karena melewati tantangan-tantangan besar dan sulit, bukan yang mudah. Bagi mereka yang mampu melewatinya, itulah mereka yang sukses sebenarnya. Sukses adalah bahagia.
So, pilih mana? Senang atau bahagia? Kalau saya tidak mau disodori pilihan “ATAU”, maunya “DAN”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar