Setelah sekian lama kita bersama, terikat dalam ikatan suci pernikahan, banyak yang telah kau untukku dan keluarga kita. Dan kini ijinkanlah aku mengucapkan terimakasihku, suamiku…
Terimakasih telah menjadi imam yang baik yang sangat mengerti dan memahami para” makmumnya”. Dengan cara yang indah kau “menahkodai” rumah tangga kita. Dengan sangat tenang kau menjadi guru bagi kami tanpa memaksa dan menggurui.
Terimakasih atas kesabaran yang kau berikan disaat aku sangat cerewet dalam segala hal, dari mulai urusan penting sampai urusan yang sangat sepele. kelakuanku yang terkadang seperti anak kecil,manja,terlalu sensitif yang hanya kau balas dengan senyum. Bahkan kalimat inipun masih sempat kau ucapkan, ” aku berharap bisa seperti Umar bin khatab yang menasehatkan kepada seseorang yang berkeluh kesah atas istrinya, beliau berpesan “wahai saudaraku, aku bersabar terhadap istriku, karena itu haknya. dialah yg menyiapkan makanan untukku, mencuci dan membersihkan pakaianku, yang menyusui anak-anakku. padahal, semua itu bukanlah kewajibannya. apalagi aku merasa damai bersama dirinya, karena dialah yang menyelamatkan aku dari perbuatan yang haram. aku bersabar karena semua hal tersebut”. Subhanallah…
Terimakasih atas kesetiaanmu dalam menemaniku, istrimu, makhluk wanita yang memang biasanya kurang akal, emosional dan bandel ini. Pernah terpikir olehku, kalaupun bisa, mungkin kau dapat memilih wanita yang lebih segalanya dari pada aku. Namun kau putuskan menghabiskan sisa hidupmu bersamaku dan menjaga dan mengayomiku.
Terimakasih atas kerja keras yang tiada mengenal lelah untuk memenuhi nafkah keluarga kita. Kau habiskan waktu dari mulai fajar sampai matahari tenggelam untuk memastikan bahwa kebutuhan kita tercukupi.
Terimakasih atas pengayoman yang kau persembahkan dengan penuh ketelatenan dan ketulusan. Tiada protes apalagi kemarahan ataupun keluhan sebagai umpan balik dari semua itu, walau aku tahu kadang memang aku membuatmu marah dan pantas untuk dimarahi.
Terimakasih atas perlindungan yang kau wujudkan bagiku dan anak anak kita. Perlindungan hati dengan selalu menjaga perasaanku agar tidak tersinggung, dan Perlindungan raga dengan mengusahakan tempat berteduh bagi kami semua.
Terimakasih atas kemakluman yang selalu kau berikan tanpa henti dalam menghadapi apapun kekuranganku.
Terimakasih atas apapun pemberian darimu yang kau berikan dengan penuh ikhlas dan sama sekali tidak pernah kau mencoba mengungkitnya.
Terima kasih atas keluasan hatimu, dan tetap memilih bersamaku dalam suka dan duka.
Terimakasih atas semua pengorbanan, waktu, tenaga, dan pikiran yang benar benar kau curahkan untukku dan keluarga kita
Terimakasih atas doa yang setiap malam kau panjatkan untuk kebaikanku dan masa depan kita
Terimakasih atas keteladanan yang kau tunjukkan dengan penuh kedewasaan bagiku dan terutama anak anak kita.
Terimakasih atas dukungan yang kau berikan saat aku terpuruk dan mencoba bangkit kembali
Terimakasih atas pengertian yang tiada pernah henti kau berikan dalam menghadapi istrimu, makhluk wanita yang memang agak rumit untuk dimengerti
Suamiku..
Betapa aku berterimakasih kepada Allah yang telah mencurahkan rahmat dan rejekinya kepadaku dengan memberikan pemberian yang istimewa sepertimu. Mungkin kata terimakasih memanglah tidak cukup untuk menggambarkan dan membalas semua yang telah kau berikan dengan ikhlas untukku dan keluarga kita, namun walaupun hanya ini, mohon terimalah ungkapan terimakasihku…
Terima kasih suamiku….
(syahidah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar